Minggu, 02 April 2017

Resume kulwap HE

📚 *Resume Kulwap Ⓜatrikulasi #4 Bandung HEbAT Community*

Materi Pokok 2⃣ HE
*Fitrah Orangtua (Keayahbundaan)*

SME: Ustadz Adriano Rusfi
Host: Akang Mohammad Ferandy
Admin: Bunda R.Ngt. Siwi Aryani Ratu Rahmi
Notulis: Bunda Yardha Khairinas
=====================
*Fitrah Orangtua (Keayahbundaan)*

👳🏽Narasumber:
Ust. Adriano Rusfi, Psi

"Tetap optimis, karena Allah telah menginstall parenting pada tiap fitrah ayahbunda."

Bahkan pada tiap ayahbunda parenting yang diinstall pun berbeda-beda. Begitulah hebatnya ilmu Allah.

Selain belajar tentang fitrah anak, mari belajar fitrah ayahbunda. Karena yang paling ahli mendidik anak bukanlah saya, tapi ayahbunda mereka.

Fitrah ayah dan fitrah bunda adalah karakter-karakter yang Allah lekatkan pada mereka, yang mempengaruhi perilaku dan pola asuh mereka terhadap anak-anak mereka.

Fitrah ayahbunda itu minimal ada tiga :

Pertama, fitrah sebagai manusia biasa yang punya kebutuhan, kelebihan, kelemahan, kegembiraan, keletihan, emosi dan sebagainya. Jadi, dalam pendidikan anak perlu disadari bahwa : ayahbunda juga manusia, bukan robot parenting

Kedua, fitrah sebagai laki-laki dan perempuan, yang wujud dalam maskulinitas dan femininitas. Sehingga, dalam pengasuhan dan pendidikannya ayah dan bunda harus berbasis pada karakternya sebagai laki-laki dan perempuan.

Ketiga, fitrah sebagai orangtua bagi anak-anaknya, yang memiliki hak, kewenangan dan kewajiban atas anak-anak. Mereka bukan hanya pengasuh dan pelayan, tapi juga pemimpin dan pengelola.

Jangan sampai teori parenting yang kita pelajari melumpuhkan naluri, intuisi dan firasat parenting kita.

"Minta fatwalah pada hatimu, karena kebajikan adalah apa-apa yang menenteramkan hati" (dari HR: Ahmad 4/227-228)

Mereka-mereka yang terbiasa dengan amalan nafilah (sunnah), maka Allah akan menjadi mata, telinga, tangan dan kaki, yang dengannya di melihat, mendengar, bekerja dan berjalan (dari Hadits Qudsi)

Belakangan kita agak mengabaikan dan kurang mempertajam firasat. Padahal Rasulullah SAW bersabda :

"Hati-hatilah dengan firasat mu'min. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah"

Parenting yang baik adalah parenting yang mampu meningkatkan kepercayaan diri para Ayahbunda untuk mendidik anak-anaknya sendiri berdasarkan fitrah pendidikan.

Parenting yang buruk adalah parenting yang membuat Ayahunda tergantung kepada para mentor parenting dalam mendidik anak-anaknya.

Jika ditanyakan kepada saya "apa modal yang terbaik dalam parenting?", maka saya akan mengatakan modal terbaik dalam parenting adalah cinta dan ketulusan.

Sebagai Ayahbunda dengan segala kelemahannya, maka kita pasti akan melakukan sejumlah kesalahan dalam mendidik anak-anak kita. Namun, cinta dan ketulusan akan mengkoreksi segala kelemahan dan kesalahan tersebut.

Sungguh, andai kita hanya mengandalkan kemampuan kita saja dalam mendidik anak-anak kita, tentulah anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi yang kacau dan durhaka.

Namun, Allah tak pernah tidur mengintervensi dan memperbaiki segala kelemahan dan kesalahan kita dalam mendidik anak-anak kita.

Maka setiap malam sebelum tidur bermohonlah kepada Allah agar Ia mendidik anak-anak kita, serta mengkoreksi segala kesalahan dan kelemahan kita.

Bashirah dalam hal apapun lahir dari totalitas, dedikasi dan kepedulian yang tinggi terhadap segala hal yang akan kita tangani.

Allah telah berjanji bahwa orang-orang yang total dan dedikatif dalam menangani segala hal, maka Allah akan menunjukkan banyak jalan baginya. Dan mereka mereka yang telah menjual dirinya kepada Allah, diantaranya melalui pendidikan bagi anak-anaknya, maka Allah akan menjadi penyantun baginya.

Sahabat, Tentang cara mempertajam bashirah saya sudah menyampaikannya di atas

Salah satu indikatornya adalah : jika hati kita tenteram untuk melaksanakan sesuatu terhadap anak-anak kita, walaupun itu bertentangan dengan sejumlah teori parenting, maka sesungguhnya ketentraman hati itu adalah pertanda dari bashirah Islamiyah.

Bashirah Islamiyah itu bukan hanya menjadi hak prerogatif dari orang-orang yang memiliki tingkat keimanan tertentu saja, karena sesungguhnya Allah tidak pernah kikir memberikan ilham-ilhamNya kepada siapa saja.

Bahkan ilham dari Allah Ia berikan terhadap orang kafir sekalipun. Makanya tak mengherankan jika kreasi iptek banyak Allah ilhamkan kepada orang-orang kafir.

Jadi jangan pernah merasa tak cukup bertaqwa untuk bertanya pada hati. Allah tidak se selektif yang kita bayangkan. Kasih-sayangNya jauh melampaui angan-angan paling optimis kita

Sahabat, Jauhi hal-hal yang meragukan, lakukan hal-hal yang hati kita yakin

Yakin itu bermula dari ilmu yang melahirkan pemahaman. Jika sebuah ilmu justru melahirkan keraguan dan ketidakpercayaan diri, maka ilmu itu harus dijauhi

Ragu dan waswas itu datang dari syaithan. Obatnya adalah ilmu dan ta'awudz

🔰🎯🔰🎯🔰🎯🔰🎯🔰
Disusun kembali oleh Tim Fasilitator HEbAT Community

---------------------------------------------
*Tanya Jawab*
------------------------------------------
1⃣ *Karakter Spesifik dan faktor Perusaknya*

*Bunda Santi-Malang*
*Bunda Atiq - Tanjungbalai*

1. Assalamu'alaikum,  bolehkah dijelaskan karakter spesifik yg membedakan fitrah keayahan yang maskulin dan fitrah bunda yg feminin? Terimakasih.

2. Hal2 apa saja yg dpt merusak fitrah keayahbundaan kita ustadz?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

1⃣ Bunda Santi dan Bunda Atiq yang dirahmati Allah  pada dasarnya karakter spesifik dari Fitrah seorang ayah adalah karakter kepemimpinan, individualitas, ketegasan, kewibawaan, profesionalitas, rasionalitas, atau yang seluruhnya disebut sebagai maskulinitas.

Sedangkan karakter kebundaan yang feminin adalah karakter-karakter yang lebih banyak dipengaruhi oleh hati seperti cinta, kepedulian, ketulusan, keikhlasan, empati  firasat, intuisi, kasih sayang pengorbanan dan seterusnya.

Hal-hal yang dapat merusak Fitrah keayahbundaan diantaranya adalah :

Pertama, berlebih-lebihan terhadap Fitrah itu sendiri. Misalnya seorang ayah memang dituntut untuk rasional tapi rasionalitas yang berlebihan pada dasarnya juga merusak Fitrah itu sendiri. Seorang bunda memiliki Fitrah kasih sayang. Namun jika kasih sayang itu berlebihan dan tidak proporsional tentunya juga akan merusak Fitrah.

Yang kedua : berkurang kurang dalam Fitrah. Misalnya Bunda tiba-tiba menjadi sangat minim dalam emosi, ayah malah minum dalam rasionalitas. Bunda minum dalam empati dan kepedulian sedangkan ayah minim dalam ketegasan. Maka kedua-duanya juga dapat merusak Fitrah.

Yang ketiga yang dapat merusak Mitra adalah ketika terjadi pertukaran fungsi dan peran : Ayah menjadi Bunda dan Bunda menjadi Ayah. Ketegasan lebih dimiliki oleh Bunda  kelemah-lembutan malah lebih dimiliki oleh ayah. Ayah yang lebih memiliki empati, Bunda yang lebih memiliki intelektualitas dan seterusnya. Hal-hal yang semacam itu dapat merusak Fitrah. ✅

2⃣ *Menumbuhkan secara maksimal fitrah keAyahbundaan serta Mengembalikan Fitrah Ayah-Bunda yang terbalik*

*Sari - Sidoarjo*
*Nina - Sidoarjo*
*Bunda Winda - Balikpapan*
*Bunda Desi-Banten*

Bismillah

1. Bagaimana cara menumbuhkan fitrah ayah dan bunda,terutama fitrah ayah..

2. bagaimana caranya agar fitrah laki2 dan perempuan itu bisa berjalan maksimal, dimana terkadang salah satu orang tua kurang menyadari pentingnya hal tersebut.

3. Bagaimana jika dalam sebuah keluarga, fitrah ke-ayahbunda-annya terbalik? Ibunya seorang yang keras, disiplin, cerewet, kasar, sering marah. Sedangkan ayahnya, sabar, kalem, gak pernah marah

4. Saya merasa bahwa saya cenderung maskulin mendidik anak seprti membiarkan anak2 belajar sesuatu yang sedikit menantang misalnya melatih mereka agar bisa naik sepeda sendiri,bisa olah raga "jungkir balik" dll, sedang suami saya cenderung feminim misalnya jika saya usulkan si kakak 5 tahun untuk diajari agar bisa naik sepeda beliau menjawab bahwa naik sepeda tidak perlu diajarkan saat ini,nanti akan bisa sendiri

terima kasih

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

Bunda Sari Bunda Nina Bunda Winda dan Bunda Desi, pada dasarnya Fitrah ayah dan Fitrah Bunda itu sudah melekat pada diri kita masing-masing. Disebut sebagai Fitrah, Karena pada dasarnya itu sudah ada pada saat penciptaan diri kita

Nah kemudian Fitrah tersebut dikembangkan oleh peran-peran dalam kehidupan kita. Peran kelelakian menyebabkan Fitrah laki-laki itu bangkit, dan peran kewanitaan menyebabkan Fitrah kewanitaan itu bangkit

Begitu pula Ketika kita telah menjadi Ayah Bunda. Fitrah itu pun telah Allah tanamkan kepada diri kita pada saat kita menikah dan memiliki anak. Dia juga akan berkembang jika ayah menjalankan perannya sebagai ayah, dan bunda menjalankan perannya sebagai Bunda

Fitrah ketegasannya itu, misalnya, akan akan terbentuk dengan sendirinya dalam aktivitas ayah mencari nafkah. Karena aktivitas mencari nafkah itu membutuhkan ketegasan demi ketegasan, professionalisme demiu profesionalisme.

Jadi sekali lagi Fitrah Ayah maupun Fitrah Bunda bisa berkembang secara optimal, jika masing-masing pihak menyadari betul fungsi peran dan tanggung jawabnya di dalam rumah  dan mampu membagi peran dan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya

Ketika fungsi peran dan tanggung jawab itu dilaksanakan maka Insya Allah Fitrah Fitrah itu juga akan berkembang secara optimal.

Ketika seorang bunda, misalnya, sedang memandikan anaknya, tentunya dengan sendiri nya Fitrah kasih sayang dab kepengasuhan itu akan tumbuh sendiri. Fitrah itu tidak tumbuh dengan baik jika misalnya urusanu memandikan anak diserahkan kepada babysitter.

Untuk fungsi dan peran serta karakter yang sekarang berkembang seakan-akan terbalik. pertama yang harus disadari oleh para Ayah Bunda bahwa fungsi yang terbalik itu dapat menyebabkan kekacauan persepsi pada anak-anak kita tentang peran laki-laki dan peran perempuan di masa depan.

Kerancuan tersebut bisa membuat anak-anak kita mengalami disorientasi fungsi dan peran seksual yang menjadi pemicu bagi perilaku LGBT dan seterusnya

Oleh karena itu fungsi dan peran yang sekarang ini Terbalik itu tetap dapat diluruskan kembali dengan mengusahakan, mengupayakan, dan mengikhtiarkan peran masing-masing.

Oleh karena itu  dalam mendidik anak-anak kita marilah kita kembali pada peran-peran dasar terlebih dahulu : Apa peran Ayah Apa peran Bunda. Bukan pada karakter yang saat ini masing-masing miliki.

Jika peran-peran itu dilaksanakan secara konsisten, Percayalah secara lambat laun pun fungsi-fungsi dan karakter-karakter yang terbalik tersebut akan kembali kepada posisinya seperti sediakala, yang seharusnya

Nah begitu pula dengan kecenderungan Bunda yang lebih maskulin dan ayah yang lebih feminin. Bagaimana pun kenyataan itu harus kita Maklumi. Tapi sedikit banyaknya kita harus berjuang untuk menukarnya dan mengembalikannya sesuai dengan fitrah. Karena jika maskulinitas seorang bunda itu dipertahankan dan femininitas seorang ayah itu dipertahankan. maka tidak tertutup kemungkinan untuk menurun kepada anak-anak. Akhirnya kita pun memiliki anak-anak perempuan yang maskulin dan anak laki-laki yang Feminin.

Itu masih mending. Bagaimana jika kita membayangkan kondisi Terbalik itu akan merusak orientasi seksualnya di masa yang akan datang ?

Bukan semata-mata yang perempuan menjadi Tomboy Dan yang laki-laki menjadi kebanci-bancian. Tapi perilaku seksual yang dilaknat Allah seperti LGBT  ✅

3⃣ *Menjadi team dalam mendidik anak*

*Bunda Farah-Bandung*
*Bunda Desi-Banten*

1. Bagaimana kiat khusus menjadi home team terutama dengan pasangan kita untuk mendidik anak agar satu frekuensi.

2. Bagaimana menyatukan visi dan misi untuk mendidik buah hati? Suami tipe orang yang ga mau ribet😥

3. Bagaimana menghadapi sikap suami yang terkadang tidak ingin terlibat dalam kegiatan membersamai anak? Ketika ibu repot menyiapkan makanan,anak2 bermain sendiri,kalo ada yg tidak bisa dlm permainannya,suami terkadang enggan membantu.. Suami asyik nonton tv.

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

3⃣  pertanyaan Bunda Farah dan Bunda Desi :

Pertama, yang harus kita lakukan adalah menjadikan rumah tangga kita menjadi sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, di sana ada seorang kepala, ada asisten ada bawahan, dan sebagainya.

Dengan menjadikan rumah tangga sebagai sebuah organisasi, Maka insya Allah ayah bunda dan anak-anak akan menjadi sebuah tim pendidikan
u
Nah, dalam konteks pendidikan, organisasi yang harus kita buat itu juga seperti organisasi sebuah sekolah : ada kepalau sekolah, ada gur,u dan ada murid.

Jadikanlah Ayah sebagai sang kepala sekolah, Bunda sebagai guru dan anak-anak sebagai murid

Insya Allah semuanya akan berjalan dalam Satu Frekuensi jika ayah memainkan peran sebagai sang Kepala Sekolah  yang menentukan visi, misi dan orientasi pendidikan di rumah. Sedangkan istri menjadi makmum dan pelaksana yang taat dari visi dan misi tersebut.

Untuk suami suami yang tidak mau ribet, Seandainya dia mau merumuskan visi  misi, orientasi dan strategi pendidikan, justru dia tidak akan ribet di masa yang akan datang

Pendidikan akan menjadi lebih ribet dan menyulitkan ketika sebuah pendidikan tidak memiliki visi. misi orientasi, dan strategi.u Maka lebih baik kita sedikit bersusah-susah di depan untuk merumuskan visi, misi tersebut agar tidak menjadi ribet di masa yang akan datang. Visi dan misi itu dibuat secara bersama. tetapi penanggung jawabnya adalah seorang ayah.

Kepada para ayah yang tidak ingin membersamai istrinya dalam mendidik anak-anaknya, Mari kita Ingatkan mereka bahwa yang kelak akan dipertanggung diminta pertanggungjawabannya di akhirat tentang anak-anaknya adalah sang ayah  bukan sang Bunda.

Yang kedua tolong ingatkan para Ayah bahwa ayah yang tidak ikut membersamai pendidikan anak-anaknya tidak akan mendapatkan doa anak sholeh. Karena syarat untuk mendapatkan doa anak sholeh adalah "Kama robbayani shaghira", yaitu mereka harus mendidik anaknya di waktu kecil. ✅

4⃣ *Parenting dan pemikiran orangtua yang bersebrangan*

*Farah - Bandung*

Mengenai parenting yang baik adalah parenting yang mampu meningkatkan kepercayaan diri para ayah bunda untuk mendidik anak-anaknya. Bagaimana cara kita menyikapi pemikiran kolot para orang tua dahulu kita, yang mengesampingkan pengetahuan yang berkembang pada masa kini. Salah satu kasusnya seperti pemahaman mereka tentang perilaku anak yang tidak sesuai, mereka hanya beralasab "namanya juga anak-anak. Maklumi saja". Padahal khan, karena dia anak-anak seharusnya kita menanamkan dan menumbuhkan kebaikan sedini mungkin.

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

4⃣ Bunda Farah di Bandung, pada dasarnya di dalam Fitrah kita sebagai Ayah Bunda telah tertanam nilai nilai tentang yang benar dan yang salah  tentang yang baik dan yang buruk  tentang yang indah dan yang jelek

Sesungguhnya nilai-nilai tersebut merupakan rambu-rambu pada diri kita saat kita mendidik anak-anak kita. Maka Ayah Bunda yang baik adalah Ayah Bunda yang peka dan responsif terhadap perilaku anak anaknya.

Saat anak anaknya melakukan sesuatu yang benar. dia benarkan. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang salah, diai Salahkan. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang buruk  dia perbaiki. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang baik, dia perkuat

Orang tua yang tidak peka dan tidak responsif terhadap perilaku anak-anaknya, dengan alasan bahwa "mereka masih anak-anak" akan menjadikan anak-anak yang juga tidak peka dan responsif terhadap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.

Mari kita ingat satu Hadis Rasulullah bahwa "Ridha Allah itu bersama Ridho orang tua". Itu Allah lakukan dengan cara nilai-nilai ilahiyah itu Allah tanamkan di dalam diri ayah bunda.

Maka keridhaan dan ketidakridhaan orang tua terhadap perilaku anak anaknya memang harus diekspresikan  tentunya, segalanya harus dengan penuh kasih sayang

Tentang menyikapi perilaku kolot para orang tua, yang penting kita harus sadar bahwa yang menjadi Ayah Bunda mereka adalah kita, yang akan Allah mintakan pertanggungjawabannya kelak di akhirat adalah kita. yang akan mempengaruhi masa depan anak-anak kita adalah pendidikan kita. Jadi kita tidak perlu terlalu memikirkan sikap-sikap tersebut. ✅

5⃣ *Firasat mukmin, intuisi, keyakinan dan keraguan?*

*Bunda Lya-palembang*
*Bunda Frida-Trenggalek*

1. Maksud dari" Hati-hatilah dengan firasat mukmin. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah". Itu apa?
Terima kasih

2. Apakah bisa kita membedakan antara keyakinan mengambil keputusan secara benar dengan keegoisan semata?

3. Keraguan yang muncul ditengah Mendidik anak, apakah itu artinya ada kesalahan dalam mendidik atau hanya ketidak percayaan diri mengingat beberapa hal teringat dengan pola pendidikan lama orangtua yg bs membuktikan bahwa Kita baik2 saja?bagaimana mengatasinya?

4. Bagaimana konkretnya mengasah intuisi Kita dalam menyadari kesalahan Kita mendidik anak, dan meyakini keputusan Kita benar meskipun berbeda paham dengan orang sekitar Kita?
Terimakasih ☺

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

5⃣ Bunda Lya dan Bunda Farida :

Makna dari hadis tersebut Artinya : kita harus peka  kita tidak boleh memandang enteng Dan menganggap remeh perasaan intuisi dan firasat kita. U

Jika kita adalah orang-orang yang beriman yang mencoba beribadah kepada Allah, yang mendekatkan diri kepada-Nya, yang banyak berdzikir dan melakukan ibadah ibadah nafilah  pada dasarnya intuisi dan firasat firasat tersebut merupakan bagian dari panduan dan bimbingan Allah kepada kita untuk melakukan apapun, termasuk dalam mendidik anak-anak kita.

Jadi sekali lagi pesan itu bermakna : Jangan pernah memandang sebelah mata sebuah Firasat.

Perbedaan antara keyakinan dengan keegoisan semata terletak pada ketentraman hati. Sebuah keputusan yang kita buat karena keyakinan, insya Allah akan membuat hati kita tenang dan jiwa kita tentram. Tetapi sebuah keputusan yang kita buat sebagai ekspresi dari keegoisan, biasanya akan melahirkan ketidaktenangan, kecemasan dan kegelisahan.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya keraguan di tengah jalan saat kita mendidik anak :

Pertama mungkin karena kurang percaya diri, sehingga bisikan dan masukan-masukan dari kiri kanan tentang pendidikan anak membuat kita ragu.

Yang kedua keraguan itu juga disebabkan karena terlalu banyaknya pengetahuan yang kita serap tentang pendidikan anak,  Sementara pengetahuan pengetahuan tersebut tidak kompetibel satu dengan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya terlalu banyaknya pengetahuan dan teori tersebut membuat kita malah terbebani dalam pendidikan anak bukan membantu kita dalam mendidik anak

Oleh karena itu pada prinsipnya dengan pengetahuan yang ada mulailah kita implementasikan dalam pendidikan anak kita. Pengetahuan-pengetahuan berikutnya akan mencoba menyempurnakan atau mengkoreksi apa yang telah kita lakukan.

Yang ketiga, keraguan juga dapat muncul karena dalam proses mendidik anak kita. kita kurang meminta petunjuk dan arahan kepada Allah bagaimana sebenarnya mendidik anak itu. yang mana dari konsep-konsep mendidik anak itu yang patut untuk kita ikuti

Mari kita sadari bahwa sebuah konsep pendidikan Mungkin tepat untuk ayah bunda tertentu, dan tidak tepat untuk ayah bunda lainnya. Oleh karena itu, meminta petunjuk tuntunan dan arahan dari Allah adalah hal yang sangat penting sebelum memulai sebuah pendidikan. Jika sudah, maka bismillah, dan sisanya kita bertawakal kepada Allah.

Intuisi dan firasat pada dasarnya itu merupakan bagian dari bimbingan dan Hidayah Allah. Oleh karena itu, diantara cara untuk mempertajam intuisi adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Mendekatkan diri kepada Allah itu di antaranya dengan melakukan ibadah ibadah nafilah. Silahkan pilih ibadah nafilah yang menurut kita cocok dan tepat bagi kita,  karena dengan itu ia yang akan mengantarkan kita kepada Allah

Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah berfirman bahwa orang-orang yang beribadah nafilah kepada Allah maka Allah yang akan menjadi matanya yang dengan itu dia melihat  Allah yang akan menjadi Telinganya yang dengan itu dia mendengar. Allah yang akan menjadi tangannya yang dengan itu Dia berbuat, dan Allah yang akan menjadi kakinya yang dengan itu dia melangkah

Artinya, firasat dan intuisi itu baru akan terjadi ketika Allah terlibat dalam Semua urusan kita.

Kemudian yang kedua intuisi itu juga baru akan terbangun di saat kita lebih mengutamakan hati daripada otak, lebih mengutamakan rasa daripada rasionalitas,  lebih mengutamakan empati daripada Nalar.

Lalu, dalam menggunakan intuisi untuk mengukur apakah pendidikan kita terhadap anak kita telah benar atau salah, ada beberapa indikator.

Diantaranya adalah dengan merasakan Apakah hati kita tenteram dalam melakukan tindakan pendidikan itu kepada anak-anak kita,  dan yang kedua Apakah buahnya terhadap anak-anak kita adalah buah yang positif.

Jika kedua hal itu telah kita dapatkan, Maka insya Allah kita telah melakukan hal yang benar. Sisanya kita bertawakal pada Allah karena tidak ada Ayahbunda yang sempurna  dan Allah akan selalu menyempurnakankan kekeliruan kita dalam mendidik anak kita. ✅

6⃣ *Komunikasi Produktif Suami-Istri*

*Idanayu - Sidoarjo*

Saya adalah seorang ibu yang merasa punya banyak waktu, tenaga dan segalanya buat anak. Rasanya, saya mampu melakukan apapun untuk anak. Serasa jadi *supermom*...

Tapi saya juga seorang istri yang merasa buruk dalam melayani suami (dan suami juga merasakan demikian). Saya merasa buruk dalam menghormati suami, memberikan perhatian, melayani keperluan2nya atau bahkan sekedar berkata baikpun saya merasa gak mampu. Serasa jadi *badwife*...

Dan keadaan ini diperburuk dengan komunikasi kami yang seringkali macet. Kami sering bertentangan paham. Kalau sedang diskusi, biasanya berakhir dengan macet. 😂
Suami merasa saya selalu *ngeyel* (eh bahasa indonesianya apa ya?).
Dan saya merasa suami gak bisa diajak ngobrol, karena hampir selalu marah.

Apa yang harus saya lakukan? Mulai dari mana memperbaiki keadaan ini?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

6⃣ Bunda Idanayu dari Sidoarjo :

Sebagaimana anak kita punya hak terhadap waktu kita, maka suami pun punya hak waktu istrinya.

Seandainya waktu kita sebagian di antaranya kita gunakan untuk berkhidmat dan berbakti kepada suami, justru suami kita akan melakukan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak kita secara bersama-sama, sekaligus meringankan beban pendidikan kita. Karena  sekali lagi  penanggung jawab utama, penentu arah dan strategi pendidikan anak-anak kita adalah suami.

Ketika suami kecewa dan tidak ridha kepada istri, sebenarnya itu akan menjadi beban tambahan bagi kita untuk mengelola rumah tangga dan mendidik anak-anak kita. Saat anak-anak kita bermasalah, nanti sang suami akan lepas tangan dalam masalah tersebut. Akhirnya kita menangani permasalahan anak itu sendirian. Dan sebenarnya dalam kehidupan yang semakin rumit ini, menangani anak sendirian adalah hal yang mustahil.

Dalam Islam kemuliaan tertinggi seorang istri adalah pada ketaatannya terhadap, bukan pada kecakapannya dalam mendidik. Dan Percayalah sangat banyak hikmah yang akan kita dapatkan, sangat banyak pertolongan dari Allah yang akan kita peroleh  pada saat istri mentaati suami.

Pada dasarnya dalam konteks pendidikan anak seorang suami memiliki konsep-konsep, prinsip-prinsip dan strategi pendidikan yang luar biasa, yang boleh jadi mungkin tidak sesuai dengan persepsi dan perspektif seorang istri. Tapi percayalah kalau kita mencoba mentaati pendapat, usulan dan saran tersebut, kita akan sangat dimudahkan dalam mendidik anak-anak kita

Dalam pendidikan anak, suami itu bagaikan konsultan Ia mungkin tidak bisa secara langsung menerapkan prinsip-prinsip pendidikan pada anak-anak. Tapi ketika dia menyampaikan itu kepada istri, lalu istri menerapkannya,  maka boleh jadi istri lebih cakap pengimplementasikan usulan suami daripada itu dilakukan oleh sang suami itu sendiri. ✅

7⃣ *Kriteria Orangtua Ideal*

*Bunda Kartika- Jogja*
*Sitah-Bandung*
*Bunda Okta - Malang*

1. Assallamuallaykum..
Bgmn mengenai karakter ayah yg penyayang namun ketegasannya terlihat keras dan kasar.? Dari yg ditampakkan anak2 mereka mereka sangat nenyukai ayahnya namun orang luar melihatnya sbg ayah yg kasar.

2. Bagaimana membuat tetap istiqomah mendidik anak2 spy tdk terkesan memaksa. Dlm kedisiplinan. Karena jika diajak disiplin agak sulit dan cenderung meremehkan (uminya).

3. Saya sangat merasa bersalah ketika merasa capek kadang emosi lepas kontrol, dan itu ditiru anak saya. Bagaimana caranya supaya prilaku saya yang salah yang ditiru anak bisa hilang?.. anak saya usia 2,5y..

4. Bagaimana kriteria orang tua sukses menurut teori FBE? Krn kesuksesan seorang anak mencakup bnyk aspek, kalolah ortu piawai n cakap dlm mendidik tp asupan ananda sesuatu yg haram, tentu kesuksesan ananda pastilah bukan kesuksesan yg sesungguhnya, bukankah begitu?

Terimakasih atas responnya
Syukron wa jazaakallah..

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

7⃣ Bunda Kartika, Bunda Sitah dan Bunda Okta :

Seorang ayah yang disukai, dicintai dan disayangi oleh, walaupun terkesan keras dan kasar, itu adalah pertanda bahwa ayah tersebut mencintai anak-anaknya, dan melakukan hal tersebut semata-mata karena cinta kepada anak-anaknya, bukan karena benci dan marah

Oleh karena itu,  dalam menghadapi situasi tersebut kita tidak perlu Terlalu memusingkan pendapat-pendapat yang berkembang di luar

Pendidikan saat ini telah berkembang menjadi pendidikan yang sangat cengeng, sehingga keras sedikit dipersalahkan, tegas dianggap sebagai kasar, penegakan disiplin bahkan dapat dianggap sebagai bagian dari kekerasan dalam rumah tangga. Ini adalah bagian dari kebrengsekan pendidikan modern yang tidak perlu terlalu kita ambil hati.

Tentang pendidikan kedisiplinan, ada beberapa hal yang perlu kita catat :

Pertama, pendidikan kedisiplinan itu baru akan efektif jika kita terapkan pada saat anak kita telah berusia 7 tahun ke atas

Yang kedua, pendidikan kedisiplinan itu sendiri sebaiknya memang dilakukan dan ditegakkan oleh sang ayah, bukan oleh bundanya. Jangan sampai anak tak dekat pada bunda, karena bundanya menjadi "polisi rumah"

Yang ketiga, mulailah pendidikan kedisiplinan itu dari pendekatan fungsional bukan struktural. Contohnya disiplin fungsional itu adalah : jika lapar maka makan, jika capek maka istirahat, jika mengantuk maka tidur. Itu adalah contoh-contoh disiplin fungsional. Mulailah menerapkan pendidikan kedisiplinan itu pada anak dari disiplin fungsional

Kemudian agar kita istiqomah dalam menegakkan kedisiplinan itu pada anak, gunakanlah pendekatan konsekuensial, yaitu "tangan mencencang bahu memikul"  bahwa setiap perilaku ada akibatnya

Jika anak melakukan sesuatu maka dia harus memikul resiko sesuatu. Jika prinsip-prinsip konsekuensi hal ini sudah kita sepakati dan Tanamkan dalam keluarga kita, maka Insyaallah pendidikan kedisiplinan itu akan berlangsung secara Istiqomah

Dan yang lebih penting lagi adalah membangun budaya disiplin dalam keluarga Karena segala hal yang telah membudaya otomatis dia akan dilaksanakan secara Istiqomah.

Bunda sekalian pekerjaan rutin bunda di rumah tangga dan dalam mendidik anak adalah pekerjaan yang sangat meletihkan, melelahkan dan menguras emosi. Jadi adalah sangat wajar jika seorang bunda seringkali lepas kendali terhadap anak-anaknya.

Oleh karena itu Bunda perlu berkolaborasi dengan ayah dalam mendidik anak. Jika Bunda merasa marah sebab tidak tahan terhadap anak, laporkanlah kepada ayah. Biarlah Ayah yang mengatasi persoalan-persoalan tersebut, karena Insya Allah ayah akan lebih terkendali dalam mengelola emosinya menghadapi kenakalan-kenakalan anaknya.

Ingat marah itu dari syetan, tetapi memarahi itu adalah bagian dari kewajiban pendidikan. Bunda dalam keletihannya akan mudah marah. Maka yang mampu melakukan akting kemarahan adalah sang ayah.

Orang tua yang sukses pada dasarnya adalah orang tua yang mampu mengantarkan anak anaknya menjadi anak-anak sukses. Ukuran sukses seorang anak menurut saya ada tiga :

Pertama dia menjadi anak yang berbahagia.

Yang kedua, indikator sukses adalah jika anak mampu mengaktualisasikan potensi bakat yang Allah telah karuniakan sebagai amanah kepada dirinya. Dia tetap menjadi dirinya sendiri dan mengaplikasikan potensinya secara optimal

Dan yang ketiga, indikator anak sukses adalah anak yang bermanfaat, berguna, produktif dan kontributif bagi lingkungannya

Jika kita mampu menghasilkan anak seperti itu. tentunya semata-mata atas pertolongan Allah,  maka kita telah menjadi orangtua sukses. ✅

8⃣ *Kemandirian remaja, Batas melayani anak dan Mendidik Anak Yatim*

*Bunda Tri - Solo*
*Bunda Winda - Balikpapan*

Bismillah
Assalamualaikum.

1. Seorang ibu kedua, krna ibu pertama telah wafat, merasa kesulitan dlm mendidik kedewasaan dan kemandirian putri ibu pertama yg sdh SLTA. Ayah cenderung menuruti putrinya krna ga tegaan. Bgmana tips masuk ke dalam hati anak sehingga mudah menasehati/membimbingnya

2. Bgmna mendidik anak remaja agar menjalin pertemanan yg baik, tidak terus bergantung ke ortu?

3. Orangtua memiliki fitrah sebagai pelayan. Sampai umur berapakah anak2 itu dapat kita layani?

4. Anak yatim atau piatu yg saya temui seolah2 selalu merasa kurang ya ustadz, (merasa paling miskin, paling menderita, ga ada yg sayang dll) mungkin ada ruang kosong di hatinya karena kesedihan mendalam sebab kehilangan ortu. Bgmna tips mendidik anak yatim/piatu yg punya perasaan demikian?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

8⃣ Bunda Tri dan Bunda Winda :

Memang bukan hal yang mudah dalam mendidik anak yang bukan anak kandung kita. Apalagi ketika dia telah berusia remaja. Ditambah lagi dengan stigma yang berkembang di masyarakat bahwa seorang ibu tiri adalah ibu yang kejam. Dan stigma itu seringkali dianut oleh seorang anak

Oleh karena itu, sebenarnya dalam hal ini peran seorang ayah sangat penting dalam menaklukkan anak tersebut. Ayah harus lebih berperan. Ayah harus lebih tegas, Ayah harus satu visi dalam mendidik anak tersebut bersama istrinya

Kemudian yang kedua, pada dasarnya menaklukan seorang anak adalah menaklukan hatinya, apalagi jika dia adalah anak perempuan. Mendidik seorang anak perempuan harus kita upayakan terlebih dahulu dengan menyentuh hatinya. Menyentuh hatinya hanya bisa kita lakukan dengan ketulusan,  keikhlasan, kasih sayang dan tanpa pamrih. Sisanya, Mari kita berdoa kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat mengendalikan hati manusia.

Inti dari mendidik seorang remaja adalah ketegasan. dan ketegasan ini yang seringkali sulit untuk kita lakukan terhadap mereka, sehingga kemudian mereka menjadi bergantung dan tidak kunjung Mandiri

Berikan kepada mereka prinsip-prinsip hubungan orang dewasa, biarkan mereka mengambil keputusan dan memikul akibat dari keputusan tersebut, biarkan mereka memecahkan masalah yang mereka miliki sendiri, dan kita harus bersabar atas masalah-masalah yang coba Ia pecahkan

Membangun hubungan pertemanan dengan seorang remaja harus kita mulai dari diri kita. Jadilah kita sebagai teman mereka, jadilah kita berbagai masalah dengan mereka agar mereka pun terbuka untuk berbagi masalah dengan kita

Tapi pada akhirnya ada satu hal yang paling penting : selama mereka masih remaja, mereka akan tetap menjadi sumber masalah. Maka tugas kita adalah dewasakan mereka : aqil baligh kan mereka

Pada dasarnya melayani dan memanjakan anak kita lakukan sampai anak berusia 7 tahun. Karena sejak anak itu berusia 7 tahun, atau usia mumayyiz, kita secara pelan-pelan harus melepaskannya untuk melayani dirinya sendiri. Sejak anak berusia 7 sampai 10 tahun mungkin dalam hubungan sosialnya kita masih perlu bantu. Tapi sejak 10 tahun keatas Bahkan dalam hubungan sosialnya pun tidak perlu kita layani.

Hal utama yang patut kita lakukan dalam mendidik yatim piatu adalah menegakkan harga dirinya. Itulah sebabnya Kenapa di dalam Alquran perlakuan terhadap anak yatim sering disebut berulang-ulang. Kita bahkan diminta untuk memuliakan anak yatim

Pada dasarnya dalam mendidik anak yatim kita harus menjadikan Rasulullah sebagai role model bagi pendidikan mereka, karena Rasulullah sendiri adalah yatim yang kemudian menjadi yatim piatu

Kita perlu menceritakan kepada mereka tentang sosok Rasulullah  wataknya, karakternya dan keberhasilannya sebagai pemimpin dunia. Kita ceritakan kepada mereka : Justru karena Rasulullah itu yatim piatu sehingga dia bisa dididik dan belajar dari mana saja, bisa menjadi orang yang jauh lebih berkembang, menjadi orang yang jauh lebih Merdeka  menjadi orang yang jauh lebih berpengetahuan. Kita mungkin dapat memberikan contoh-contoh tentang sejumlah yatim piatu yang sukses dalam kehidupan ini karena sekali lagi mendidik yatim piatu adalah membangun kembali harga diri mereka ✅

-------------------------------------------
*Penutup*

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

Ayah Bunda sekalian, hari-hari belakangan ini kita sedang menyaksikan fenomena betapa banyaknya diantara kita orang-orang yang mencintai selain Allah lebih tinggi daripada cintanya kepada Allah. Sehingga mereka mau menolak ajaran-ajaran Allah.

Itu semata-mata karena kita lemah dalam mendidik keimanan anak-anak kita. Kita tidak mendidik anak-anak kita untuk mencintai Allah, tapi lebih kepada takut kepada Allah

Ketika rasa takut ini bertemu dengan rasa cinta kepada selain Allah, maka takut selalu dikalahkan oleh cinta

Oleh karena itu mari kita mulai pendidikan anak-anak kita dengan pendidikan keimanan, agar mereka Ridha Kepada Allah sebagai Tuhannya, Ridha kepada Islam sebagai agamanya, dan Ridha kepada Muhammad sebagai Rasul Nya. ✅

===Selesai===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar