Sabtu, 04 Agustus 2018

Memulai pendidikan berbasis fitrah

Euis Rina Susilawati

Memulai Pendidikan berbasis Fitrah

A. Langkah konsepsi

Sebelum memulai menumbuhkan fitrah,

Pertama lakukan Tazkiyatunnafs, ruh anak yg suci akan bertemu ruh ortunya yg senantiasa mensucikan diri. Tazkiyah ini agar Allah berikan Qoulan Sadida. Tazkiyah ini berjalan paralel dengan proses membersamai ananda.

Kedua pahami baik baik, bahwa pendidikan dalam Islam meliputi tarbiyah (menumbuhkan fitrah), ta'dib (menanamkan adab), ta'lim (pengajaran ilmu). Ketiganya adalah tanggungjawab orangtua, namun pengajaran (ta'lim) boleh dialihdayakan apabila tdk mampu mengajarkan ilmu yg dibutuhkan.

Pengajaran itu hanya akan efektif jika fitrah sdh tumbuh bagus dan adab  (hikmah melalui pengalaman kehidupan) mulai perlahan diperoleh. Ilmu bisa diperoleh dimana saja dan di tangan orang2 hebat dan ahli di bidangnya, apabila ghairah fitrah belajar sdh tumbuh, adab pd alam dan ulama dstnya.

Ketiga pahami prinsip2 fbe dan frameworknya (pernah diposting)

B. Langkah teknis

1. Anak bersekolah atau tidak, hs atau unschooling atau friendscholing (magang sama temen) dll, kurikulum personal tetap harus dibuat. Karena sekolah sebatas pengajaran akademis dan sedikit keterampilan, sementara fitrah termasuk bakat juga adab (hikmah kehidupan) itu perlu diprogram dan kewajiban orangtua

2. Jika ananda masih balita, maka prosesnya bisa diamati lewat kegiatan sehari hari sampai mendapat polanya seceparnya usia 7 dan selambatnya usia 10.

Masalahnya banyak anak keburu gede di atas 7 bahkan di atas 10 tahun cuma berisi akademis saja kepalanya, maka disinilah perlu pemetaan, baik assessment maupun observasi kegiatan pada semester pendek sebelum dirancangkan program

Catatan

Pemetaan bagi anak yg sdh di atas 7 atau di atas 10 itu ada 3
1. Assessment questioner, bisa didampingi
2. Observasi via Interview
3. Observasi via kegiatan dalam semester pendek

Kalau sdh dapat profile fitrahnya, maka langsung susun program atau personalized curriculum

3. Sesungguhnya tiada yg bisa menggantikan ketelatenan dan keberanian orangtua dalam merancang program, krn merekalah yg paling paham anak2nya. Observasi melalui kegiatan itu memerlukan lumayan keberanian dan ketegaan, susah kalau yg diberi kegiatan anak orang bukan?

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah

Jumat, 03 Agustus 2018

Pentingnya pengajaran adab

PENTINGNYA PENGAJARAN ADAB BAGI ANAK

Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Dari perkara yang besar sampai perkara yang paling kecil. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah, dari sahabat Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah ditanya oleh kaum musyrikin.

قَالُوا لِسَلْمَانَ : قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخَرَاءَةَ. فَقَالَ : أَجَلْ ، قَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ ، وَنَهَانَا أَنْ يَسْتَنْجِىَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ ، وَنَهَانَا أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Mereka bertanya kepada Salman, “Sungguh nabi kalian telah mengajarkan kalian segala sesuatunya sampai-sampai cara buang hajat?”
Salman menjawab, “Benar! Beliau telah melarang kami untuk menghadap kiblat baik ketika buang air besar maupun buang air kecil dan melarang kami untuk beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan batu kurang dari tiga biji, dan melarang kami beristinja’ dengan kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan tentang sempurnanya ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh Allah ta’ala telah menjelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya tentang pokok dan cabang dari agama ini.  Allah  ta’ala  dan Rasul-Nya telah menjelaskan tentang tauhid, kewajiban untuk mengesakan-Nya. Demikian juga Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan segala macam adab, etika dalam perikehidupan manusia.
Ketika bermajelis Alla ta’ala memerintahkan kepada kita untuk berlapang-lapang sebagaimana firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ

“Hai orang orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” (Al Mujadalah: 11 )

Ketika ingin memasuki rumah seseorang, Allah perintahkan kita untuk meminta izin dan memberi salam terlebih dahulu kepada penghuninya. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu, sebelum kamu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27–28)

Oleh karena itu pengajaran adab kepada anak-anak termasuk perkara yang harusnya menjadi prioritas para orang tua dan pendidik. Hendaknya sedari kecil anak-anak sudah diajari dan dibiasakan untuk menghiasai dirinya dengan adab-adab Islami.
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam mengajarkan bagaimana adab makan yang benar kepada anak tiri beliau Umar bin Abi Salamah. Ketika itu Umar makan dengan adab yang kurang baik, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegur beliau

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa pengajaran adab hendaknya benar-benar diperhatikan oleh para pendidik dan orang tua.
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua di dalam menyebarkan kebaikan.
Wallahu A’lam Bish Shhowab.
#Inspirasi rumah cahaya (IRC)
#Adab sebelum Ilmu
#Kuttab Awwal 1

Saatnya jatuh cinta lagi

Tidak perlu di-tag.
You know who you are.
❤️ you till Jannah and back.
Nevermind, I don’t wanna go back.

Bismillah...
💖 SAATNYA JATUH CINTA LAGI 💖

Copas:
✒️ Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah

Seiring makin bertambahnya usia pernikahan,
kedewasaan dan juga anak, kita makin menyadari..

Bahwa ada hal-hal yang tetap sama, dan ada hal-hal yang tak terelakkan untuk berubah.
Ada hal-hal yang harus diucapkan, ada yang cukup disimpan dalam hati saja.

Kita pun jadi belajar utk mengartikan makna romantisme itu sendiri sangatlah luas.

Romantis tidak hanya soal bunga, candle light, dinner (baik di resto ternama atau yang insidentil karena mati listrik), sekotak cokelat mahal atau kartu ucapan “I Love You” yang sengaja ia tinggalkan di meja sebelum berangkat kerja.

Romantisme tidak cuma soal itu, ternyata.

For some people..

Romantis adalah ketika seorang istri berletih-letih belajar memasak di awal pernikahan mereka, demi menciptakan menu yang disukai suaminya. Meskipun ia sendiri tidak menyukainya..

Romantis adalah ketika seorang suami telaten merawat istri dan anak-anaknya yang sedang sakit.
Mengambil alih semua tugas rumah tangga yang sanggup ia kerjakan.

Romantis adalah ketika seorang suami dengan sigap mengganti popok si kecil yang terbangun tengah malam, saat sang istri terlelap karena kelelahan.

Romantis adalah saat sepasang suami istri bahu membahu merapikan rumah dan memandikan anak-anak ketika mereka sedang digegas waktu untuk pergi ke majelis ilmu disuatu pagi.

Romantis adalah saat seorang suami membangunkan istrinya untuk shalat malam dengan lembut, dan memerciki wajahnya dengan air ketika matanya masih ingin terpejam.

Romantis adalah kerelaan seorang suami untuk menahan emosi ketika mendapati istrinya tengah marah, berlapang dada untuk memaafkan dan memberi udzur ketika sang istri bersalah..

Romantis adalah ketika seorang suami berkata pada istri tercintanya, “Mencari nafkah itu tanggung jawabku, tugasmu adalah mengurus rumah dan mendidik anak-anak kita..”

Romantis adalah ketika seorang suami meminta sang istri untuk menutup aurat secara sempurna, sebagai bentuk penjagaan atas hartanya yang paling berharga.

Romantis adalah ketika seorang suami atau istri menolak permintaan pasangannya yang tidak sesuai syari’at dengan cara yang penuh hikmah.
Karena CINTA TIDAK BERARTI SELALU MENURUTI KEINGINAN ORANG YANG DICINTAINYA, terlebih jika keinginannya bertabrakan dengan rambu-rambu syar’i.
Itulah cinta karena Allah yang sejati dan abadi..

Romantis adalah ketika seorang suami menundukkan pandangannya ketika tak sengaja berpapasan dengan lawan jenisnya saat jalan dengan sang istri, dan mengeratkan genggaman tangan mereka lebih erat lagi..

Romantis adalah saat seorang suami bersedia untuk mendengarkan cerita istrinya yang panjang lebar, nggak beraturan dan nggak penting itu sampai tak sengaja ketiduran.

Romantis adalah kesabaran seorang suami ketika sang istri menyambutnya di pintu dalam keadaan kacau balau, belum sempat mandi apalagi berhias, rumah berantakan tak berbentuk dan tak ada makanan tersaji di meja. “Nggak apa, malam ini kita makan di luar yuk..”

Romantis adalah KESEDIAAN SESEORANG UNTUK MENERIMA DIRI PASANGANNYA SEUTUHNYA, lengkap dengan segala kekurangan, kelebihan dan masa lalunya, tanpa banyak mengatur dan meminta.

Romantis adalah saat memandang wajah seseorang yang kita cintai dalam lelapnyasetelah seharian penat bekerja.. Dan sejenak menyadari, telah menghabiskan tahun-tahun penuh bahagia bersamanya, seseorang yang
Allah pilihkan untuk menemani pahit manis perjalanan ini..

Romantis adalah ketika sepasang suami istri SALING MENGINGATKAN DAN MENGUATKAN DALAM  "KESABARAN"  &  "KEBENARAN". Karena mereka tidak hanya menginginkan kebersamaan di dunia saja, melainkan hingga ke Jannah-Nya..

Romantis adalah ketika engkau melihat kedalam matanya di sela-sela obrolan santai kalian, dan menemukan masih ada cinta di sana. Cinta yang sama seperti saat pertama kali bertemu dulu..

Dan yang, romantis adalah saat seorang suami memasangkan helm ke kepala istri tercintanya ketika mereka hendak bepergian dengan motor.

Ternyata banyak hal-hal romantis yang dilakukan pasangan, yang terkadang luput dari perhatian kita.
Betapa sering pasangan berbuat baik kepada kita, tapi tak pernah puas kita untuk terus menuntut lagi dan lagi.  Bahkan meminta sesuatu di luar kadar kesanggupan pasangan kita.

Astaghfirullah..
Adakah kita seperti itu terhadap istri atau suami kita selama ini?

Terlebih-lebih kita, PARA ISTRI YANG TABIATNYA ADALAH SERING MENGKUFURI KEBAIKAN SUAMI..

“Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat KEBANYAKAN PENDUDUKNYA ADALAH KAUM WANITA.
Shahabat pun bertanya, ‘Mengapa (demikian) wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam?’
Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, ‘Karena kekufuran mereka.’
Kemudian ditanya lagi, ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’
Beliau menjawab, ‘MEREKA KUFUR TERHADAP SUAMI MEREKA, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.
Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’
(HR. Bukhari no. 105)

Seperti yang dituturkan dalam syair indah berikut ini..
“Kulihat kaum laki-laki memukul istri mereka, Namun tanganku lumpuh untuk memukul Zainab,
Zainab adalah matahari, sedang wanita lain adalah bintang-bintang..
Jika Zainab muncul, tak akan nampak lagi bintang-bintang..”
(Siyar A’lamin Nubala 4/106)

Banyak sisi baik dari pasangan yang membuat teduh hati ketika kita memandangnya, atau mungkin saat sekadar mengingatnya

Jujurlah pada diri sendiri..

Pasangan kita saat ini, betapa ia begitu berjasa mendampingi kita sejak bertahun-tahun lamanya.
Dialah tempat kita mencurahkan rasa. Dialah seseorang yang paling mengenal dan mengerti, siapa dan bagaimana kita sesungguhnya, dan memilih untuk tetap tinggal dan terus mencintai kita, setelah semua yang terjadi.

Cinta yang dulu mekar di awal-awal pernikahan, bisa pudar seiring berlalunya waktu. Ia bisa berubah menjadi layu sebelum akhirnya mati dan musnah.

Maka rawatlah cinta itu agar selalu berkembang dan terawat. Siramilah perasaan itu dengan hal-hal yang romantis dan penuh makna, namun sederhana…

Sederhanakanlah..

Seperti membukakan pintu mobil untuk istri tercinta bagi yang punya mobil, atau memasangkan helm ke kepalanya ketika hendak bepergian dengan motor.

Atau merapikan anak rambut yang ‘mengintip’ dari balik jilbabnya dengan tatapan penuh kasih sayang.

Ungkapan cinta yang terlihat remeh, kecil dan sepele, tapi penuh makna. Setidaknya bagi dirinya, seseorang yang kita cinta.
Wallohu alam bisshowab

Pendidikan berbasis fitrah

💝  *Bagaimana Wujud Pendidikan Berbasis Fitroh*

Oleh : Ust. Harry Santosa

Banyak yang setuju bahwa mendidik anak harus sesuai dengan fitrah anak-anaknya, namun banyak juga yang bertanya "bagaimana wujud pendidikan berbasis Fitrah dalam keseharian mendidik anak-anak ?"

Pendidikan berbasis fitrah sesungguhnya *sangat sederhana.* Kita hanya mengupayakan proses yang sealamiah mungkin sesuai fitrah atau kodrat Allah dan menjalaninya sesuai sunnatullah tahap perkembangan manusia.

Selebihnya adalah menyerahkan semua keputusan akhir di tangan Allah SWT. Memohon kemudahan dan kekuatan lahir bathin dengan memperbanyak mendekat kepada Allah SWT agar diberikan Qoulan Sadida, yaitu lisan, fikiran, perasaan dan tindakan yang bermakna dan berbobot dalam mendidik.

Jika fitrah adalah jalan sukses, sunnatullah adalah cara sukses, maka doa-doa kita adalah kunci sukses bagi anak anak kita di dunia dan di akhirat.

Dalam keseharian pendidikan ini, kita lebih banyak *menemani* anak-anak kita, *menyadarkan* dan *membangkitkan* semua potensi fitrahnya dengan sebaik baiknya, _baik fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat_ , dan diinteraksikan dengan potensi dan realita yang ada di sekitarnya.

Ya menemani!
Sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, sebagaimana para petani menemani tanamannya.
Syukur atas potensi, dan shabar atas proses.

Caranya?
Ya tentu bisa dengan *memanfaatkan moment* , dan bisa juga dengan *merancang program* yang khas untuk tiap anak sesuai tahap perkembangannya (personalized education) yang dituangkan dalam #bukuortu.

*Tujuan akhirnya* adalah agar fitrah anak anak kita tumbuh paripurna sehingga
🌷memiliki peran peradaban spesifik atas fitrah bakatnya,
🌻memilki kemampuan inovasi memakmurkan bumi atas fitrah belajarnya, dan
🌹memiliki akhlak mulia dan kemampuan memikul beban syariah atas potensi fitrah keimanannya.

Itu semua sebaiknya tepat dicapai ketika anak anak kita menjadi pemuda atau aqilbaligh ketika berusia sekitar usia 15-16 tahun.

Mari kita bahas _satu demi satu_ , *"scope of work"* di atas 🙏

1️⃣ Pertama, mengapa *menemani* bukan mengatur atau mengendalikan?

Ketahuilah bahwa prinsip pendidikan berbasis fitrah adalah berangkat dari keyakinan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Maka *wajib hukumnya meyakini bahwa potensi potensi baik telah terinstal dalam diri anak anak kita sejak lahir bahkan sebelumnya.* 

Semua _riset tentang pendidikan_ ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya, hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan _berpotensi membuat fitrah anak-anak kita rusak._

Maka bekal pertama dan utama dalam mendidik bukanlah segepok kurikulum baku dan kaku, tetapi adalah keyakinan dan kebersyukuran, ketenangan dan keoptimisan bahwa *setiap anak adalah memiliki potensi fitrah yang baik dan ditakdirkan menjadi baik.*
Hanya orangtua dan lingkungan yang gegabahlah yang banyak merusak dan merubah serta menyimpangkan fitrah anak anak kita.

2️⃣ Kedua, mengapa *membangkitkan dan menyadarkan* bukan merekayasa dan mengajarkan?

Keyakinan dan kebersyukuran kita pada fitrah sebagaimana pada bagian pertama di atas, membuat kita menyadari bahwa _mendidik bukan_ banyak menjejalkan, mengajarkan, mengisi, dsbnya atau _OutSide In._

Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses *membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah* anak kita sendiri atau *InsideOut.* 

Misalnya bagi kita,
🍀lebih penting membuat anak bergairah belajar dan bernalar, daripada menguasai banyak pelajaran,
🍀lebih penting membuat mereka cinta alQuran dan buku, daripada menggegas bisa membaca dan menghafalnya.

Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan
🍃belajar mandiri sepanjang hidupnya,
🍃mendalami dan mengamalkan alQuran secara mandiri sepanjang hidupnya,
🍃mengembangkan bakat sampai menjadi peran secara mandiri sepanjang hidupnya.

🌹Fitrah keimanan dibangkitkan bukan dengan menjejalkan pengetahuan agama tetapi dengan keteladanan dan atmosfir _mencintai perbuatan shalih_.
🌻Fitrah belajar dibangkitkan bukan dengan banyak mengajar tetapi dengan idea menantang dan inspirasi seru.
🌷Fitrah bakat dibangkitkan bukan dengan menstandarkan output dan cita cita tetapi memperbanyak wawasan dan aktifitas yang sesuai sifat dan keunikan anak anak kita.

Semuanya akan indah jika tumbuh sesuai fitrahnya dan hadir pada saatnya.

🍂Anak anak yang banyak diajarkan akan minta diajarkan terus sepanjang hidupnya, 🍂anak anak yang banyak didikte dan dikendalikan akan merepotkan orangtua dan sekitarnya sepanjang hidupnya, 🍂anak anak yang tidak menjadi dirinya karena obsesi orangtuanya akan tidak punya peran apapun sepanjang hidupnya.

3️⃣ Ketiga, mengapa *memanfaatkan momen* lebih baik daripada mengatur secara sistematis?

Momen adalah bagian penting dari pendidikan fitrah karena semakin alamiah dan "seamless" (tidak nampak) maka semakin baik.

Sesungguhnya Allah SWT lah pendidik terbaik manusia. Dengan karunia Allah SWT, setiap saat, setiap hari, kita ditakdirkan selalu menjumpai  momen-momen seru dalam kehidupan yang kita bisa menggali hikmahnya bersama anak-anak kita. Banyak momen "tak sengaja" kemudian jika diamati akan menjadi minat dan keseriusan anak.

Memanfaatkan momen, menggali hikmah yang banyak dari peritiwa keseharian dimana anak-anak sangat "curious" akan memberikan _kesan mendalam,_ menginspirasi ayat ayat Kitabullah yang relevan dan melahirkan ide seru _menantang untuk didalami,_  dan melahirkan _karya manfaat_ di kemudian hari.

4️⃣ Keempat, selain momen tentu kita boleh *membuat program* atau proyek yang dirancang bersama anak sesuai keunikan masing-masing anak dan masing-masing keluarga.

Ada kalanya kita memerlukan proses mendidik yang berbatas waktu, anggaran tertentu, scope tertentu dll agar dapat dievaluasi segera baik portfolio karya, kinerja juga moral sekaligus menggali bakat serta minat anak.

Kita bisa merancang proyek dari yang paling sederhana misalnya proyek membersihkan kamar mandi, proyek go green di rumah, sampai kepada yang menengah dan rumit seperti proyek berkebun dan beternak, proyek fieldtrip ke luar kota, proyek dagang dan magang bersama maestro, proyek ekspedisi, proyek sosial dll.

Dengan begitu, anak anak akan terbuka wawasan, dan kita bisa menempatkan anak pada jabatan di proyek sesuai bakatnya dsbnya.

5️⃣ Kelima, mengapa program harus *khas untuk tiap anak* ?

Tentu karena tiap anak itu unik dan khas, "very special limited edition". Ingatlah bahwa, _perlakuan yang sama belum tentu direspon sama_ oleh kakak dan adik. Sampai kapanpun kakak tidak mungkin menjadi adik, dan adik tidak akan pernah menjadi kakak.

Karenanya setiap program yang dibuat semestinya *relevan dengan keunikan* anak dan keunikan keluarga di rumah, jika memungkinkan juga relevan dengan keunikan lokal, sosial dan alam setempat.  Para orangtua sebaiknya memiliki kemampuan membuat portfolio dan program. Kami menyebutnya #bukuortu.

6️⃣ Keenam, mengapa harus *sesuai tahap perkembangan* ?

Tahapan ini kami menyebutnya fitrah perkembangan atau _sunnatulah pertumbuhan manusia._ Ini sangat penting dan tidak boleh gegabah ditabrak.

Ibarat menanam tumbuhan maka harus sesuai tahapan dan keperluan tumbuhan. Terlalu banyak air dan nutrisi bisa membuat akar membusuk, salah menempatkan akar pada lahan yang sesuai juga akan membuat gagal berbuah, begitu pula kelembaban dan temperatur harus sesuai untuk tiap tahap.

Kami membaginya menjadi 0-2 tahun, 2-7 tahun, 7-10 tahun, 10-14 tahun dan di atas 15 tahun . Tiap tahap untuk tiap fitrah memiliki *fokus dan metode berbeda.* Ini semua telah dituangkan dalam framework pendidikan berbasis fitrah.

7️⃣ Ketujuh, lalu apakah *tujuan akhir* dari proses pendidikan berbasis fitrah ini?

_Tujuan umumnya_ adalah memastikan bahwa fitrah anak anak kita "right on place" dan tumbuh subur selama mereka menjalani pendidikan.

_Tujuan akhir_ dari proses pendidikan berbasis fitrah adalah agar fitrah anak anak kita berbunga dan berbuah indah, sehingga *mampu memikul beban syariah,* mampu inovasi melestarikan dan memakmurkan bumi, serta memiliki peran peradaban spesifik, tepat ketika mereka memasuki usia aqilbaligh di usia 14-16 tahun.

Kemampuan memikul beban syariah bukan hanya kemampuan menjalankan ibadah shalat dan shaum dengan baik, tetapi juga, khsusnya untuk anak lelaki adalah kemampuan membayar zakat, memberi nafkah dan berjihad.

Anak anak yang telah eksis, memiliki peran peradaban yang jelas, bergairah belajar dan bernalar, selalu berkeinginan menebar rahmat dan manfaat bagi sekitarnya dengan karya dan akhlaknya, maka akan _jauh dari berbagai penyimpangan dan perbuatan mubazir_ yang tidak perlu.

Inilah *pentingnya aqil dan baligh dicapai bersamaan* oleh proses pendidikan Islam atau pendidikan berbasis fitrah dan akhlak.

Kesimpulannya adalah...

Setelah itu tercapai maka _*selesailah* tugas kita mendidik fitrah anak-anak kita,_
maka _*tuntaslah amanah* merawat dan membangkitkan fitrah mereka._

Itu karena ketika aqilbaligh, anak anak kita telah...
🌷menjadi pemuda "tulen" yang memiliki peran peradaban yang spesifik yang menebar rahmat dan manfaat atas _fitrah bakatnya,_ 
🌻memiliki kemampuan inovasi yang membuat bumi semakin hijau dan damai atas _fitrah belajar dan nalarnya,_ 
🌹memiliki akhlak mulia yang mencerahkan dan menyelesaikan problematika ummatnya atas _fitrah keimanannya,_

Maka catatlah baik baik bahwa setelah pendidikan fitrah mencapai tujuannya maka _kita bisa wafat dengan tenang dan tidak meninggalkan generasi lemah di belakang kita._

Maka ingatlah bahwa jangan pernah tinggalkan generasi yang tahu banyak agama namun miskin karya solutif bagi ummat, banyak aktifitas namun tidak punya peran peradaban spesifik yang bermanfaat, banyak ilmu namun berhenti belajar dan sepi inovasi yang membuat manusia makin sejahtera.

Cuma ada satu jalan, kembalilah kepada fitrah, lalu hadapkanlah wajahmu kepada ajaran yang lurus, kembalilah kepada pendidikan fitrah agar peradaban manusia kembali menjadi indah penuh manfaat dan rahmat.

Salam Pendidikan Peradaban

#pendidikanberbasispotensi
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak