Tampilkan postingan dengan label HEbAT Community. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HEbAT Community. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 September 2018

TEKNIK HE PRE AQIL BALIGH 11-14 TAHUN

Maaf baru jawab, karena baru menemukan jawabannya 🙏🏻🙏🏻
---------

Anak-anak UNSCHOOLING HEA ada di level ini..

TEKNIK HE PRE AQIL BALIGH 11-14 TAHUN

Materi: Septi Peni Wulandani

===================
Pada rentang usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, orang tua memandu anak untuk "kaya akan gagasan", setelah kaya akan wawasan (0-7 tahun).

Orang tua menjadi teman bermain bagi anak, dan anak mulai bisa mempunyai peran dalam keluarga besar dan komunitas. Pada masa ini, anak boleh bergonta-ganti ide.

Pada masa usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, adalah saat untuk menularkan value/nilai dan karakter, karena di usia 7 tahun merupakan masa pembentukan karakter.

Perlu dipahami, bahwa value/nilai keluarga dan karakter tidak bisa diajarkan, namun ditularkan melaui keteladanan.

Pada usia 8-14 tahun, umumnya anak sudah mulai tidak ego sentris.

Pada masa ini anak mulai melihat nilai-nilai sosial, etika-etika dasar dalam ajaran Islam. Pada usia sebelumnya (0-7 tahun) anak sudah mulai diperintahkan shalat.

Rentang usia pendidikan anak usia 8-14 tahun, terbagi pada 2 tahap :

➡Usia 8-10 tahun :

✅mengenal potensi diri,

✅magang/club untuk membuka wawasan sehingga melahirkan gagasan, dan

✅mulai menjalani ibadah syariah.

➡Usia 10-14 tahun :

✅belajar bersama Maestro,

✅magang project,

✅menghebatkan potensi diri, kemandirian, kepemimpinan dan sebagainya.

Anak-anak di jenjang usia 8-14 tahun mulai mengenal “MIMPI apa yang akan dia BANGUN”.

Ada beberapa tahapan yang ditempuh pada fase ini:

✳Pandu anak untuk memahami misi hidupnya dengan cara:

1. Mengajak anak untuk paham “Who am I?”

2. Mengajak anak untuk memahami alam sekitarnya/lingkungannya (kearifan lokal)

3. Mengajak anak untuk memahami zaman saat dia dibesarkan dan prediksi zaman saat anak ‘aqil baligh nanti.

4. Kuatkan aqidah anak akan keberadaan Allah swt.

✳Pandu anak untuk memahami potensi dan bakatnya.

Di bawah ini adalah tahapan yang sudah
dipraktekkan oleh Ibu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Maryanto kepada anak-anak beliau, dengan tahapan sebagai berikut:

1. Memperbanyak aktifitas anak yang NON-Pelajaran, agar anak cepat menemukan potensi dirinya.

2. Memasukkan anak ke club Talent sesuai dengan potensi yang ditemukan dan diulang terus menerus.

3. Ajak anak menuangkan mimpinya dalam VISION BOARD

4. Memperkenalkan anak kepada beberapa learning model yang berkaitan dengan mimpi anak.

5. Memandu anak-anak untuk membuat Talent based Individual Project.

6. Menularkan Leadership dengan benar.

====================

Kamis, 28 September 2017

Matpok10

❄🔸❄🔸❄🔸❄🔸❄🔸❄

*Materi Pokok 🔟*

*Teknis Pendidikan Pre Aqil Baligh 8-10 Tahun*

_Ditulis oleh : Ustadz Harry Santosa_

➖➖➖➖➖🔸➖➖❄

Menurut bapak Prof Daniel Rosyid, inti berumah tangga hanya 2, mendidik generasi dan membangun kepemimpinan berbasis potensi atau enterpreneurship bersama (berdakwah, berkomunitas, bersosial bisnis etc). Tanpa dua fungsi sejati itu hidup akan kehilangan gairah. Namun, tidak perlu juga menjadi panik dan tergesa-gesa atau membuat pacuan kuda. Ustadz saya, Ustadz Adriano menganjurkan *Optimistic Parenting*. _Esensinya mendidik anak perlu rileks namun konsisten, Ithminan namun istiqomah. Sebagaimana sunnatullah, semua ada waktu dan tahapan._

Saya melihat ada *periode kritis* di usia 8-10. Pada usia 7 tahun sholat mulai diperintah, dan usia 10 tahun boleh dipukul. Apa maknanya? Ada waktu 2-3 tahun, agar anak _berlatih dan membangun kesadaran_ sehingga tidak perlu dipukul karena meninggalkan shalat.

Bagaimana membimbing anak-anak untuk dapat mencapai fitrah-fitrah baiknya dalam fase ini?

_🔸 Fitrah Keimanan_
_Keteladanan dan Membangun Kesadaran_

Walau kewajiban Syar'i jatuh ketika aqil baligh, latihan dan pembiasaan dengan cara keteladanan dan membangun kesadaran mesti dimulai sejak 7 tahun, dan 10 tahun adalah titik kritis. Bila tahap ini gagal, dengan berbagai alasan misalnya pemaksaan, trauma atau pendidikan tidak berhasil membuat terbangun kesadarannya, maka fase berikutnya akan sulit recovery.

Masa 7/8 - 10 tahun adalah masa transisi awal dari masa egosentris sebagai anak di usia 0-6 tahun, kepada kesadaran awal sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial.

Nah, kembali ke tahap 8-10 tahun. Jika imaji ttg sholat dan ibadah lainnya sudah "negatif" di usia 0-6 tahun, di usia 7 tahun batas untuk memulai kesadaran kembali. Ada waktu 8-10 tahun untuk kembali membangun kesadaran positifnya tentang kebenaran. Jadi jangan sampai dipukul. Seingat saya tidak ada satu hadits pun yang menceritakan Rasulullah SAW pernah memukul anak. Nah, sholat adalah contoh. Ada begitu banyak nilai-nilai kebenaran yang bersemayam dalam fitrah keimanan anak-anak kita yang sebaiknya disadarkan.

_🔸 Fitrah Belajar_
_Intellectual Curiosity_

Intellectual Curiosity adalah salah satu cara membangkitkan fitrah belajar. Yang paling efektif adalah experiental learning atau project based learning atau biasa disebut menggali hikmah bersama peristiwa sehari-hari, atau dari sejarah atau yg ada di alam semesta.

Tidak ada yang kebetulan dari peristiwa sehari-hari. Beternak kelinci misalnya, bukan hanya fitrah belajarnya yang digali, tetapi fitrah-fitrah lainnya. Misalnya ketika ada kelinci yang wafat, kita bisa menemukan hikmah-hikmah dibalik kematian kelinci dan musibah lalu bagaimana menyikapinya. Bagaimana imaji postif dibangun dari peristiwa itu bukan sebalikanya. Jangan remehkan peristiwa dan imaji di masa anak-anak. Banyak orang dewasa yang bersikap negatif terhadap musibah, menjadi terpuruk, depresi dstnya. Itu karena ada imaji negatif, yang membuat luka persepsi lalu melahirkan pensikapan yang buruk ketika dewasa.

Salah satu yang dapat kita gali dari Siroh Nabawiyah ketika Nabi saw berusia 8-10 tahun adalah melakukan perjalanan jauh berdagang ke Syam bersama Pamannya. Dunia luar membuka cakrawala.... Nabi SAW menyaksikan beragam suku bangsa bertemu di Syam, melihat bagaimana nasib pedangan yang jujur dan pedangang yang curang.

Silahkan dieksplorasi cara-cara untuk INSiDE OUT semua fitrah-fitrah baik yang ada dalam diri anak kita....

_🔸 Fitrah Bakat_

Fitrah bakat yang dimaksud adalah potensi keunikan terkait personality yang merupakan bawaan lahir. Orang menyebutnya bakat, talent, strength, grit dll.

Setiap bayi adalah unik, dan keunikannya adalah keistimewaannya yang bila dikembangkan akan menjadi peran peradabannya, misi spesifiknya sebagai khalifah. Tidak ada bayi yang lahir tanpa bakat dan keunikan. Inilah sesungguhnya panggilan hidup yang sudah Allah rancang. Nampak pada sifat-sifat dominannya sejak kecil misalnya suka memimpin, suka mengatur, suka guyub, suka meneliti, suka berfikir, suka mengaitkan, suka curigaan atau waspada dll. Maka amatilah, catatlah, fokus dan konsisten menumbuhkannya.

_🔸Fitrah Perkembangan_

Fitrah ini sangat terkait dengan tahapan usia. Ada cara dan metode yang berbeda untuk tiap tahap usia dan tiap jenis fitrah.

Dasar pemahaman adanya fitrah perkembangan :
- Bahwa segala sesuatu di muka bumi dan di alam semesta memiliki sunnatullah perkembangan terkait waktu dan tahapan. Fitrah adalah ibarat benih, maka punya tahapan merawat dan menumbuhkannya.
- Bahwa fitrah perkembangan punya tahun-tahun perkembangan manusia, yang sepenuhnya mengambil dari tahun-tahun yang disebut dalam alQuran maupun alHadits, yaitu 2,7,10 dan 14-15. Dimana 14-15 adalah batas antara anak dan bukan anak, antara bukan mukalaf dan mukalaf, antara tidak wajib memikul beban syariah dan wajib memikul beban syariah, antara pedagogi dan andragogi
- Bahwa semua tahapan adalah Golden Age dalam pandangan Islam, asal memahami pada tahapan apa, fitrah apa, akan mengalami puncaknya dengan cara bagaimana.

➖➖➖➖➖🔸➖➖❄

Senin, 10 April 2017

Resume HEbAT 30.03.2017

🌿💫🌿💫🌿💫🌿💫🌿
📖 *Resume DisWap Grup Kader Nasional HEbAT*🖊

*_Belajar melalui pemagangan_*

Rabu, 30 Maret 2017

*Narsum :* Bapak Agus Gusnul Yakin
*Admin:* Bunda Deasy
*Host:* Bunda Dini
*Moderator & Notulis:* Ayah Muji
___________________________
👨‍🎓Profile :
*Agus Gusnul Yakin*

Pria yang lahir di Ciamis, 7 Pebruari 1976 ini memiliki  bakat  _ideation, maximizer, futuristic, developer, empathy, harmony, belief._

Ia merupakan co-founder Sekolah Alam Bogor. Saat ini aktif sebagai Direktur Sekolah Alam Bekasi, Coach di SMX Young Ecopreneur School, serta bergiat di Jaringan Sekolah Alam Nusantara.

Saat ini tinggal bersama istri dan dua anaknya di Taman Seruni I No. 3, Kampung Salam, Tanah Baru, Kota Bogor.

Dapat dihubungi via:
WA: 081282135107
Email: gusnul50@gmail.com
⛳🎯⛳🎯⛳🎯⛳🎯⛳🎯⛳
___________________________
*Materi :*

*Belajar Melalui Pemagangan*
_(Menempa Mental, Mengasah Bakat)_

*(Oleh: Agus Gusnul Yakin)*

Belajar melalui pemagangan sudah tidak diragukan lagi efektivitasnya. Dalam pemagangan, belajar pengetahuan dan keterampilan langsung dikaitkan dengan konteks dan aplikasi nyata, tidak sekedar teori.

Di dunia kerja, pemagangan biasa dilakukan kepada calon pegawai. Sementara di dunia pendidikan konvensional, pemagangan lazimnya diadakan di tingkat SMA dan Perguruan Tinggi. Di usia SD dan SMP masih sangat jarang, kecuali sekolah-sekolah alternatif dan homeschooling. Apa urgensinya magang di usia anak-anak?

Pembahasan pentingnya pemagangan di usia menjelang AqilBaligh barangkali sudah sering dibahas di komunitas ini. Kita tentu masih ingat kisah Rasulullah yang magang berdagang bersama pamannya sejak usia 11-12 tahun. Pun tradisi magang yang dilakukan para pemuda yang kemudian menjadi ulama dan tokoh-tokoh besar pada zaman keemasan Islam. Lalu, bagaimana mengadaptasikan kegiatan pemagangan untuk anak-anak menjelang AqilBaligh di usia 11 – 15 tahun?

Saya mencoba berbagi pengalaman seputar kegiatan pemagangan untuk anak-anak pra AqilBaligh berdasarkan eksperimen yang kami lakukan di Sekolah Alam Bogor.

Menurut saya, tujuan utama pemagangan untuk anak-anak usia pra AqilBaligh adalah menempa mental dan mengasah bakat. Saat pemagangan, mentalitas anak-anak ditempa, karena mereka harus beradaptasi dengan situasi di kehidupan nyata serta menghadapi tantangan baru yang mungkin tidak selalu nyaman bagi mereka. Di sisi lain, pemagangan juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba mengalami beragam kegiatan baru, yang barangkali sebagiannya merupakan kegiatan-kegiatan yang kemudian mereka senangi dan menjadi potensi kekuatan mereka kelak.

Yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pemagangan bagi anak-anak usia pra AqilBaligh adalah pentahapan. Sederhananya, pemagangan sebaiknya dimulai kepada orang-orang di lingkung terdekat sebelum di lingkung yang lebih jauh. Berdasarkan tahapannya, saya membagi pemagangan menjadi beberapa level sebagai berikut:

*Magang Level 1: Lingkung Rumah*
Orang tua merupakan role model yang paling berpengaruh terhadap anak-anak. Karena itu penting bagi orang tua untuk menunjukan adab dan sikap profesionalitas yang baik dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di rumah. Fokus magang kepada orang tua adalah membudayakan adab dan melatih keterampilan hidup dasar agar anak-anak bisa melayani dirinya sendiri. Ini penting agar nanti saat magang tahap lanjut, anak-anak tidak menyusahkan orang lain.

*Magang Level 2: Lingkung Tetangga/Kampung*
Pada tahap ini, anak-anak diajak untuk magang kepada tetangga dengan beragam profesinya. Fokus magang di level ini adalah melatih adab dalam berinteraksi dengan orang lain serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mencoba beragam kegiatan. Anak-anak juga perlu dimagangkan dalam (kepanitiaan) kegiatan-kegiatan di tingkat kampung. Durasi magang di level ini sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal satu pekan per sesi magang, secara individual maupun kelompok.

*Magang Level 3: Lingkung Kota/Daerah*
Selain dilatih mengenal (potensi) diri, anak-anak juga perlu dilatih mengamati lingkungan. Karena setiap kota/daerah memiliki potensi dan keunikan masing-masing. Mengenal potensi kota dapat dilakukan melalui kegiatan magang bisnis/profesi tematik di lingkung kota. Magang di lingkung kota juga berguna untuk melatih keberanian, karena anak belajar bepergian dalam jarak yang lebih jauh secara mandiri. Kegiatan magang di level ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok (1 tempat magang untuk beberapa anak) dengan durasi 1-2 pekan.

*Magang Level 4: Regional/Nasional*
Di level ini anak-anak diajak untuk magang di luar kota untuk melatih kemandirian mereka. Biarkan anak merasakan hidup dalam keterbatasan agar mereka juga mampu beradaptasi dalam keadaan yang tidak nyaman. Tujuan lainnya adalah untuk mengenalkan bidang-bidang bisnis atau mempelajari keterampilan-keterampilan spesifik. Magang dapat berlangsung secara berkelompok selama 2 pekan sampai 1 bulan dengan tinggal di lokasi magang.

*Magang Level 5: Bersama Maestro*
Saat anak sudah mengenali potensi dirinya dan sudah mempunyai pilihan bidang bisnis atau profesi yang akan ditekuninya, itulah saatnya dia belajar lebih dalam dengan magang bersama maestro. Dalam magang ini, idealnya anak terlibat dalam bisnis/kegiatan dan nempel dalam keseharian sang maestro. Magang bersama maestro sebaiknya dilakukan secara individual dalam jangka waktu yang lebih lama.

Agar magang efektif, orang tua/pendidik perlu mencarikan figur-figur yang tepat serta bersedia dimagangi oleh anak-anak. Tidak usah memaksakan diri dengan kriteria sosok maestro sempurna yang punya keahlian sekaligus keteladanan akhlak, karena jumlahnya pasti sangat sedikit. Yang penting mulailah menginventarisir dan mendekati orang-orang beragam profesi yang bersedia menemani anak-anak tumbuh. Percayalah, niat baik akan selalu menemukan jalannya.

___________________________
*Sesi Diskusi (Tanya - Jawab)*

1⃣ *Sofwa - Banten*

Mau tanya bgmn utk memotivasi anak agar mrk mau magang? Kadang diminta k rumah tetangga saja malu☺

*Jawab:*

Wlkmslm. Berapa usianya Bu? Pada dasarnya setiap anak pasti punya bakat hubungan sosial yg berbeda. Anak WOO tinggi pasti lebih mudah bergaul.

Untuk anak yg masih kecil orang tua perlu rajin mengajak anak berinteraksi dengan orang lain. Juga mempertemukan mereka dengan orang2 yang mempunyai kemampuan yg menarik.

Intinya bertahap saja, jika belum siap magang, jangan dipaksakan. Perbanyak interaksi aja dulu melalui kunjungan2 dsb.✅

*_Tanggapan_*

*Sofwa- Banten:*

Usia 16 dan 15 th. Sifat mrk kurleb sama dg sy dulu,klo blm kenal agak kaku n susah adaptasi jd rada ga nyaman.

*Jawab :*

Utk usia tsb anak sudah bisa diajak diskusi. Pahamkan manfaat magang buat mereka. Jika masih malu sendiri, ada baiknya magang secara berkelompok. Pastikan juga ada pembimbing magang dari kita, bisa ayah ibu sendiri atau meminta/merekrut kakak pembimbing.

Kadang ada juga anak yang tidak mau magang karena tdk mau keluar dari zona nyaman di rumah. Untuk kasus seperti ini harus agak'dipaksa' dicemplungin 😊✅

2⃣ *Bunda Ratna - Solo*

Assalamualaikum pak Agus

Anak saya kelas 2 SMP laki laki.  Suka dgn kegiatan Out Dor. 
Seperti Offroad Air Soft dan kebetulan pernah ikut diklat TIM SAR.

Ijin bertanya. 
Untuk magang yang seperti apa yg pas untuk kriteria anak seperti itu.

*Jawab:*

Wa'alaikumussalam. Pada tahap awal bisa dimagangkan pada instruktur outbound di event2 lokal. Tahal selanjutnya bisa dimagangkan kepada pengelola wisata petualangan.✅

*_Tanggapan_*

*Ratna- Solo :*

Bagaimana jika value magang belum selaras dgn yg kita pegang teguh.  Sedangkan vitroh keimanannya blm baik.

*Jawab :*

1. Memang perlu selektif dalam memilih maestro atau tempat magang. Kita harus rajin survey dan dialog dengan maestro tsb. Tidak usah ragu juga untuk memahamkan values kita.

2. Di sini pentingnya ada pembimbing magang yang kita percaya. Pembimbing/mentor tdk mesti full mendampingi, tapi ia intens memantau kegiatan dan perilaku anak di tempat magang. ✅

3⃣ *Ayah Hendri - Depok*

Sesuai yg ditulis ust Agus, magang dilakukan bertahap dr lingkup keluarga hingga maestro.

Apakah ada parameter/tolok ukur yg bisa dipakai utk menilai anak kita sudah pantas naik tahap demi tahap tsb?.
Terimakasih

*Jawab:*

Bisa dilihat dari kesiapan mental anak dan kemandiriannya. Indikatornya:
1. ada kemauan dan keberanian untuk mengambil tantangan baru
2. Kemampuan dia melayani diri sendiri, tidak merepotkan orang lain ✅

4⃣ *Tutut- Jogja*

Adakah batasan usia untuk setiap level magang. Atau disesuaikan pecapaian anak di level sebelumnya ?

*Jawab :*

Tidak ada batasan usia, disesuaikan dengan pencapaian level saja. Tapi pada umumnya, magang level 1 dan 2 bisa dilakukan anak usia SD5-6. Magang level 3-4 usia SMP. Magang level 4-5 usia SMA. 🙏🏻✅

5⃣ *Bunda Rita, kota Banjar*

Pak Agus, kami sudah membuat planing bab magang ini. Mulai dari tetangga lewat program susur desa. Banyak ternyata potensi untuk magang.
Tapi mereka masih aneh dengan kami.

Akhirnya rencana mau magang dulu ke sepupu mereka di luar kota, targetnya untuk evaluasi  adab, belum ke yg berkaitan dg  passion apalagi talents anak.
Sudah tepatkah keputusan kami?

*Jawab :*

5⃣1. Pada umumnya orang tidak mau dimagangi karena merasa tidak layak dan takut repot. Kalau merasa tidak layak, disampaikan saja bahwa anak kita hanya ingin ikut belajar kegiatan yg bisa beliau lakukan. Utk awal tdk usah durasi lama. Cukup 1-2 jam per hari.

2. Kalau anaknya mau, tdk masalah ke luar kota pun, apalagi di tempat saudara. Tapi harus buat kesepakatan dengan anak kita agar dia siap melayani diri sendiri. 🙏🏻✅

6⃣ *Bunda Gita - Depok*

1. Magang di lingkung tetangga atau kampung, harus yg dekat rumah ya? Jika tetangga di dekat rumah rata2 pekerja kantoran, bagaimana magangnya sementara yang bersangkutan pun hanya punya waktu di akhir pekan padahal sebaiknya magang dilakukan selama sepekan.

2. Memilih tempat magang tergantung dari minat dan bakat anak? Anak2 saya masih 3 dan 5 tahun, berarti saya baru bisa lihat minat dan bakatnya di usia sekolah ya?

*Jawab :*

1. Indikator lingkung tetangga/kampung adalah sejauh anak bisa mencapainya dengan jalan kaki atau naik sepeda. Jika di komplek kita kebanyakan pekerja kantoran, mungkin bisa ke kampung sebelah. Durasinya bisa sepekan, tapi cukup 1-2 jam per hari.

2. Usia 3 dan 5 tahun tidak usah dulu magang. Distimulasi aja fitrahnya, agar pada usia 10-11 tahun siap belajar magang. Pada usia SD kita stimulasi anak dengan benyak ragam kegiatan, sambil diamati senangnya di mana. Pengamatan kumpulan senangnya anak sangat berguna dalam menentukan opsi tempat magang. 🙏🏻✅

_*Tambahan dari Narsum*_

Ijin menambahkan, Berkaitan dengan passion/bakat, magang level awal tujuannya untuk tour the talents. Bagian dari upaya kita untuk menemukan kumpulan senangnya anak di aktivitas apa.

Tapi magang level maestro, menurut hemat saya sebaiknya anak sudah melewati self discovery, kenal potensi diri. 🙏🏻✅

7⃣ *Adit, Bandung*

Saya masih belum terbayang, bagaimana teknis pemagangan anak dengan Maestro itu? Mungkin bisa diberikan beberapa contoh nya.

*Jawab :*

Magang level Maestro di sekolah alam bogor kami lakukan paling cepat di usia SMP kelas 3, setelah self discovery terlewati.
Sebagai contoh, ada anak yang senang dengan kegiatan konservasi. Sekarang sedang saya fasilitasi untuk magang kepada maestro bambu indonesia. Harapannya anak tsb bisa nempel dalam keseharian maestro tsb. Termasuk ikut visit kebun, ketemu pangrajin, rapat dgn klien dsb. 🙏🏻✅

8⃣ *Vina - Serang*

Assalamualaikum pak agus... proses magang ini bisa disebut juga tour de talent, apakah saat melakukan tour de talent.. ada panduan mana dulu yang harus diprioritaskan untuk dikunjungi? Seberapa besar keterlibatan orang tua mengenai aktifitas magang ini. Kemudian apakah aktifitas magang ini bisa juga diterapkan bagi anak dengan adhd Syndrome?

*Jawab :*

Wa'alaikumussalam.
1. Dalam tour de talents tidak ada prioritas aktivitas mana dulu. Didorong aja  anak untuk mencoba berbagai kegiatan, mengunjungi berbagai event, ikut berbagai klub. Amati dan catat pada kegiatan apa anak nampak enjoy. Sebaliknya jangan paksa untuk lanjut jika dia tidka enjoy.
2. Peran ortu tentu sangat penting untuk memfasilitasi kesertaan anak pada berbagai kegiatan (yang sebagiannya mungkin berbiaya), juga pada proses pengamatan senangnya anak di mana.

3. Anak berkebutuhan khusus juga bisa magang, tapi perlu didampingi shadow. Jika kekuatannya sudah ditemukan, tidak usah berlama2 tour de talents, langsung fokuskan aja pada strengths dia. 🙏🏻✅

9⃣Rini Hendra- Makassar

Bgmn kita memilih tempat yang baik untuk magang anak2 kita. Hrs ada kriteria nya? Atau boleh sembarang saja?

*Jawab :*

1. Prioritaskan magang ke orang2 yang sudah kita kenal atau kita punya akses ke ownernya
2. Prioritaskan yang punya values yang sama
3. Ada keahlian/keterampilan khusus yang menarik dipelajari🙏🏻✅

🔟 *Bangun Kuntoro-Surabaya*:

☝saya Bangun kuntoro,  ayah dari 3 anak yang umurnya di atas 10 tahun semua. 

1. Apakah mondok itu juga bisa dikatakan sebagai magang kepada maestro seperti pada point 5?
2. Anak sulung saya,  sekarang di kudus dan sudah 3 tahun ikut klub bulutangkis disana.  Apakah magang kepada maestro itu bisa berganti ganti orang (pelatih/klub) dan apa ada efeknya jika bertahan terlalu lama di satu maestro?

*Jawab :*

1. Mondok jika ada interaksi langsung dengan kyai bisa disebut magang kepada maestro, apalagi jika passionnya di bidang agama. Tapi kalau semacam boarding school atau pesantren yang massal, menurut saya belum bisa disebut magang kepada maestro 🙏🏻

2. Magang bisa berganti-ganti maestro. Seperti ulama2 terdahulu biasa magang ke banyak ulama lainnya. Manfaatnya semakin memperluas keilmuan, mempertajam keahlian dan semakin arif dengan perbedaan 😊✅🙏🏻

1⃣1⃣ *Lis Mataram*

Apakah aktifitas berkemah dan clubing termasuk magang?
Apakah tahap2 yg magang tersebut harus berurutan?  Apa saja hal yg umumnya menghambat anak untuk melalui tahap demi tahap pada proses magang?

*Jawab :*

1. Kemah dan club tidak termasuk magang. Disebut magang jika ada satu figur yang jadi role model. Dan yang dipelajari tidak hanya keterampilan/keahlian, tapi juga nilai2.
2. Sebaiknya berurut sesuai kesiapan anak.
3. Yang menghambat biasanya kesiapan mental anak. Anak2 skrg, terutama di perkotaan, cenderung tdk mau keluar dari zona nyaman berbasis gadget 😊✅

1⃣2⃣ *Rima - Banyumas*

Pak anak saya seorang seniman. Dia menyukai doodle art. Tp sy blm menemukan maestro yg tepat utk ini. Karena terus terang saya juga masih blank ttg seni yang satu ini.
Disisi lain dia juga sangat menyukai kegiatan2 outdoor.
Bolehkah sy carikan tpt magang bukan hanya karena alasan bakat saja, tapi utk sekedar menguatkan mentalnya saja? Atau sekedar tour the talents sja?

*Jawab :*

Kalau untuk menguatkan mental, selain magang juga bisa dicobakan mengikuti camping, ekspedisi, live in atau kegiatan lain.

Kalau memang senang kegiatan outdoor, magangnya bisa kepada maestro kegiatan outdoor. Sepengalaman saya, maestro outdoor lebih terbuka untuk dimagangi. 🙏🏻✅

_*Tanggapan*_

*Rima :*

1. Pak bagaimana jika ternyata kita tidak berhasil menemukan maestro yg cocok misalnya dgn bakat seni nya tadi?

Untuk yang outdoor insyaallah sedang saya carikan maestronya.

2.Jika kita tdk menemukan maestro yg tepat akankah bisa berpengaruh pd pengembangan bakatnya kelak?

*Jawab :*

1. Temukan dulu ekosistemnya ada di mana, baru cari dan pilih maestronya. Ekosistem kreatif tumbuh subur antara lain di Bandung, Jogja, Bali. Usahakan jalan2 dan eksplorasi kota2 tsb sambil menjalin silaturahim dengan maestro yang ditemui.

2. Jangan khawatir, mencari dan menemukan maestro merupakan proses yang panjang. Jika merujuk pada AI (Apreciative Inquiry), siklusnya adalah Discover-Dream-Design-Delivery. Jika pada tahap self discovery kita belum menemukan maestro tidak usah khawatir. Masih ada tahap belajar selanjutnya.

*Rima :*

Apa pak tahap belajar selanjutnya yg dimaksud?

*Jawab :*

Kalau di sekolah kami, anak tahap self discovery & dream targetnya di usia SMP. Di usia SMA anak masuk fase mendesain karir dan memulai jam 0 nya. Bisa jadi ketemu maestro saat di di usia SMA atau setelah itu. Insya Allah kalau anak kita sudah punya peta jalan hidup yg sesuai strengths-nya, dia aka menemukan maestronya. 🙏🏻✅
____________________________
*Penutup*

Kunci keberhasilan program magang dimulai dengan menginventarisir sebanyak mungkin maestro dan tempat magang. Agar lebih mudah, Ayah Bunda bisa bisa dipikirkan magang tematik. Misal:
1. Agrifarm
2. Food & Culinary
3. Artisan Product
4. Ecotourism
5. IT & Media
6. Art
7. Sport & Adventure
8. Dll

Perbanyak silaturahim, kunjungan event, jalan-jalan. Catat setiap orang yang punya keahlian menarik. Bangun komunikasi.

Insya Allah ayah bunda punya banyak alternatif maestro dan tempat magang.

Semoga bermanfaat 🙏🏻🙏🏻✅

======S E L E S A I====

Minggu, 02 April 2017

Resume kulwap HE

📚 *Resume Kulwap Ⓜatrikulasi #4 Bandung HEbAT Community*

Materi Pokok 2⃣ HE
*Fitrah Orangtua (Keayahbundaan)*

SME: Ustadz Adriano Rusfi
Host: Akang Mohammad Ferandy
Admin: Bunda R.Ngt. Siwi Aryani Ratu Rahmi
Notulis: Bunda Yardha Khairinas
=====================
*Fitrah Orangtua (Keayahbundaan)*

👳🏽Narasumber:
Ust. Adriano Rusfi, Psi

"Tetap optimis, karena Allah telah menginstall parenting pada tiap fitrah ayahbunda."

Bahkan pada tiap ayahbunda parenting yang diinstall pun berbeda-beda. Begitulah hebatnya ilmu Allah.

Selain belajar tentang fitrah anak, mari belajar fitrah ayahbunda. Karena yang paling ahli mendidik anak bukanlah saya, tapi ayahbunda mereka.

Fitrah ayah dan fitrah bunda adalah karakter-karakter yang Allah lekatkan pada mereka, yang mempengaruhi perilaku dan pola asuh mereka terhadap anak-anak mereka.

Fitrah ayahbunda itu minimal ada tiga :

Pertama, fitrah sebagai manusia biasa yang punya kebutuhan, kelebihan, kelemahan, kegembiraan, keletihan, emosi dan sebagainya. Jadi, dalam pendidikan anak perlu disadari bahwa : ayahbunda juga manusia, bukan robot parenting

Kedua, fitrah sebagai laki-laki dan perempuan, yang wujud dalam maskulinitas dan femininitas. Sehingga, dalam pengasuhan dan pendidikannya ayah dan bunda harus berbasis pada karakternya sebagai laki-laki dan perempuan.

Ketiga, fitrah sebagai orangtua bagi anak-anaknya, yang memiliki hak, kewenangan dan kewajiban atas anak-anak. Mereka bukan hanya pengasuh dan pelayan, tapi juga pemimpin dan pengelola.

Jangan sampai teori parenting yang kita pelajari melumpuhkan naluri, intuisi dan firasat parenting kita.

"Minta fatwalah pada hatimu, karena kebajikan adalah apa-apa yang menenteramkan hati" (dari HR: Ahmad 4/227-228)

Mereka-mereka yang terbiasa dengan amalan nafilah (sunnah), maka Allah akan menjadi mata, telinga, tangan dan kaki, yang dengannya di melihat, mendengar, bekerja dan berjalan (dari Hadits Qudsi)

Belakangan kita agak mengabaikan dan kurang mempertajam firasat. Padahal Rasulullah SAW bersabda :

"Hati-hatilah dengan firasat mu'min. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah"

Parenting yang baik adalah parenting yang mampu meningkatkan kepercayaan diri para Ayahbunda untuk mendidik anak-anaknya sendiri berdasarkan fitrah pendidikan.

Parenting yang buruk adalah parenting yang membuat Ayahunda tergantung kepada para mentor parenting dalam mendidik anak-anaknya.

Jika ditanyakan kepada saya "apa modal yang terbaik dalam parenting?", maka saya akan mengatakan modal terbaik dalam parenting adalah cinta dan ketulusan.

Sebagai Ayahbunda dengan segala kelemahannya, maka kita pasti akan melakukan sejumlah kesalahan dalam mendidik anak-anak kita. Namun, cinta dan ketulusan akan mengkoreksi segala kelemahan dan kesalahan tersebut.

Sungguh, andai kita hanya mengandalkan kemampuan kita saja dalam mendidik anak-anak kita, tentulah anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi yang kacau dan durhaka.

Namun, Allah tak pernah tidur mengintervensi dan memperbaiki segala kelemahan dan kesalahan kita dalam mendidik anak-anak kita.

Maka setiap malam sebelum tidur bermohonlah kepada Allah agar Ia mendidik anak-anak kita, serta mengkoreksi segala kesalahan dan kelemahan kita.

Bashirah dalam hal apapun lahir dari totalitas, dedikasi dan kepedulian yang tinggi terhadap segala hal yang akan kita tangani.

Allah telah berjanji bahwa orang-orang yang total dan dedikatif dalam menangani segala hal, maka Allah akan menunjukkan banyak jalan baginya. Dan mereka mereka yang telah menjual dirinya kepada Allah, diantaranya melalui pendidikan bagi anak-anaknya, maka Allah akan menjadi penyantun baginya.

Sahabat, Tentang cara mempertajam bashirah saya sudah menyampaikannya di atas

Salah satu indikatornya adalah : jika hati kita tenteram untuk melaksanakan sesuatu terhadap anak-anak kita, walaupun itu bertentangan dengan sejumlah teori parenting, maka sesungguhnya ketentraman hati itu adalah pertanda dari bashirah Islamiyah.

Bashirah Islamiyah itu bukan hanya menjadi hak prerogatif dari orang-orang yang memiliki tingkat keimanan tertentu saja, karena sesungguhnya Allah tidak pernah kikir memberikan ilham-ilhamNya kepada siapa saja.

Bahkan ilham dari Allah Ia berikan terhadap orang kafir sekalipun. Makanya tak mengherankan jika kreasi iptek banyak Allah ilhamkan kepada orang-orang kafir.

Jadi jangan pernah merasa tak cukup bertaqwa untuk bertanya pada hati. Allah tidak se selektif yang kita bayangkan. Kasih-sayangNya jauh melampaui angan-angan paling optimis kita

Sahabat, Jauhi hal-hal yang meragukan, lakukan hal-hal yang hati kita yakin

Yakin itu bermula dari ilmu yang melahirkan pemahaman. Jika sebuah ilmu justru melahirkan keraguan dan ketidakpercayaan diri, maka ilmu itu harus dijauhi

Ragu dan waswas itu datang dari syaithan. Obatnya adalah ilmu dan ta'awudz

🔰🎯🔰🎯🔰🎯🔰🎯🔰
Disusun kembali oleh Tim Fasilitator HEbAT Community

---------------------------------------------
*Tanya Jawab*
------------------------------------------
1⃣ *Karakter Spesifik dan faktor Perusaknya*

*Bunda Santi-Malang*
*Bunda Atiq - Tanjungbalai*

1. Assalamu'alaikum,  bolehkah dijelaskan karakter spesifik yg membedakan fitrah keayahan yang maskulin dan fitrah bunda yg feminin? Terimakasih.

2. Hal2 apa saja yg dpt merusak fitrah keayahbundaan kita ustadz?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

1⃣ Bunda Santi dan Bunda Atiq yang dirahmati Allah  pada dasarnya karakter spesifik dari Fitrah seorang ayah adalah karakter kepemimpinan, individualitas, ketegasan, kewibawaan, profesionalitas, rasionalitas, atau yang seluruhnya disebut sebagai maskulinitas.

Sedangkan karakter kebundaan yang feminin adalah karakter-karakter yang lebih banyak dipengaruhi oleh hati seperti cinta, kepedulian, ketulusan, keikhlasan, empati  firasat, intuisi, kasih sayang pengorbanan dan seterusnya.

Hal-hal yang dapat merusak Fitrah keayahbundaan diantaranya adalah :

Pertama, berlebih-lebihan terhadap Fitrah itu sendiri. Misalnya seorang ayah memang dituntut untuk rasional tapi rasionalitas yang berlebihan pada dasarnya juga merusak Fitrah itu sendiri. Seorang bunda memiliki Fitrah kasih sayang. Namun jika kasih sayang itu berlebihan dan tidak proporsional tentunya juga akan merusak Fitrah.

Yang kedua : berkurang kurang dalam Fitrah. Misalnya Bunda tiba-tiba menjadi sangat minim dalam emosi, ayah malah minum dalam rasionalitas. Bunda minum dalam empati dan kepedulian sedangkan ayah minim dalam ketegasan. Maka kedua-duanya juga dapat merusak Fitrah.

Yang ketiga yang dapat merusak Mitra adalah ketika terjadi pertukaran fungsi dan peran : Ayah menjadi Bunda dan Bunda menjadi Ayah. Ketegasan lebih dimiliki oleh Bunda  kelemah-lembutan malah lebih dimiliki oleh ayah. Ayah yang lebih memiliki empati, Bunda yang lebih memiliki intelektualitas dan seterusnya. Hal-hal yang semacam itu dapat merusak Fitrah. ✅

2⃣ *Menumbuhkan secara maksimal fitrah keAyahbundaan serta Mengembalikan Fitrah Ayah-Bunda yang terbalik*

*Sari - Sidoarjo*
*Nina - Sidoarjo*
*Bunda Winda - Balikpapan*
*Bunda Desi-Banten*

Bismillah

1. Bagaimana cara menumbuhkan fitrah ayah dan bunda,terutama fitrah ayah..

2. bagaimana caranya agar fitrah laki2 dan perempuan itu bisa berjalan maksimal, dimana terkadang salah satu orang tua kurang menyadari pentingnya hal tersebut.

3. Bagaimana jika dalam sebuah keluarga, fitrah ke-ayahbunda-annya terbalik? Ibunya seorang yang keras, disiplin, cerewet, kasar, sering marah. Sedangkan ayahnya, sabar, kalem, gak pernah marah

4. Saya merasa bahwa saya cenderung maskulin mendidik anak seprti membiarkan anak2 belajar sesuatu yang sedikit menantang misalnya melatih mereka agar bisa naik sepeda sendiri,bisa olah raga "jungkir balik" dll, sedang suami saya cenderung feminim misalnya jika saya usulkan si kakak 5 tahun untuk diajari agar bisa naik sepeda beliau menjawab bahwa naik sepeda tidak perlu diajarkan saat ini,nanti akan bisa sendiri

terima kasih

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

Bunda Sari Bunda Nina Bunda Winda dan Bunda Desi, pada dasarnya Fitrah ayah dan Fitrah Bunda itu sudah melekat pada diri kita masing-masing. Disebut sebagai Fitrah, Karena pada dasarnya itu sudah ada pada saat penciptaan diri kita

Nah kemudian Fitrah tersebut dikembangkan oleh peran-peran dalam kehidupan kita. Peran kelelakian menyebabkan Fitrah laki-laki itu bangkit, dan peran kewanitaan menyebabkan Fitrah kewanitaan itu bangkit

Begitu pula Ketika kita telah menjadi Ayah Bunda. Fitrah itu pun telah Allah tanamkan kepada diri kita pada saat kita menikah dan memiliki anak. Dia juga akan berkembang jika ayah menjalankan perannya sebagai ayah, dan bunda menjalankan perannya sebagai Bunda

Fitrah ketegasannya itu, misalnya, akan akan terbentuk dengan sendirinya dalam aktivitas ayah mencari nafkah. Karena aktivitas mencari nafkah itu membutuhkan ketegasan demi ketegasan, professionalisme demiu profesionalisme.

Jadi sekali lagi Fitrah Ayah maupun Fitrah Bunda bisa berkembang secara optimal, jika masing-masing pihak menyadari betul fungsi peran dan tanggung jawabnya di dalam rumah  dan mampu membagi peran dan tanggung jawab tersebut dengan sebaik-baiknya

Ketika fungsi peran dan tanggung jawab itu dilaksanakan maka Insya Allah Fitrah Fitrah itu juga akan berkembang secara optimal.

Ketika seorang bunda, misalnya, sedang memandikan anaknya, tentunya dengan sendiri nya Fitrah kasih sayang dab kepengasuhan itu akan tumbuh sendiri. Fitrah itu tidak tumbuh dengan baik jika misalnya urusanu memandikan anak diserahkan kepada babysitter.

Untuk fungsi dan peran serta karakter yang sekarang berkembang seakan-akan terbalik. pertama yang harus disadari oleh para Ayah Bunda bahwa fungsi yang terbalik itu dapat menyebabkan kekacauan persepsi pada anak-anak kita tentang peran laki-laki dan peran perempuan di masa depan.

Kerancuan tersebut bisa membuat anak-anak kita mengalami disorientasi fungsi dan peran seksual yang menjadi pemicu bagi perilaku LGBT dan seterusnya

Oleh karena itu fungsi dan peran yang sekarang ini Terbalik itu tetap dapat diluruskan kembali dengan mengusahakan, mengupayakan, dan mengikhtiarkan peran masing-masing.

Oleh karena itu  dalam mendidik anak-anak kita marilah kita kembali pada peran-peran dasar terlebih dahulu : Apa peran Ayah Apa peran Bunda. Bukan pada karakter yang saat ini masing-masing miliki.

Jika peran-peran itu dilaksanakan secara konsisten, Percayalah secara lambat laun pun fungsi-fungsi dan karakter-karakter yang terbalik tersebut akan kembali kepada posisinya seperti sediakala, yang seharusnya

Nah begitu pula dengan kecenderungan Bunda yang lebih maskulin dan ayah yang lebih feminin. Bagaimana pun kenyataan itu harus kita Maklumi. Tapi sedikit banyaknya kita harus berjuang untuk menukarnya dan mengembalikannya sesuai dengan fitrah. Karena jika maskulinitas seorang bunda itu dipertahankan dan femininitas seorang ayah itu dipertahankan. maka tidak tertutup kemungkinan untuk menurun kepada anak-anak. Akhirnya kita pun memiliki anak-anak perempuan yang maskulin dan anak laki-laki yang Feminin.

Itu masih mending. Bagaimana jika kita membayangkan kondisi Terbalik itu akan merusak orientasi seksualnya di masa yang akan datang ?

Bukan semata-mata yang perempuan menjadi Tomboy Dan yang laki-laki menjadi kebanci-bancian. Tapi perilaku seksual yang dilaknat Allah seperti LGBT  ✅

3⃣ *Menjadi team dalam mendidik anak*

*Bunda Farah-Bandung*
*Bunda Desi-Banten*

1. Bagaimana kiat khusus menjadi home team terutama dengan pasangan kita untuk mendidik anak agar satu frekuensi.

2. Bagaimana menyatukan visi dan misi untuk mendidik buah hati? Suami tipe orang yang ga mau ribet😥

3. Bagaimana menghadapi sikap suami yang terkadang tidak ingin terlibat dalam kegiatan membersamai anak? Ketika ibu repot menyiapkan makanan,anak2 bermain sendiri,kalo ada yg tidak bisa dlm permainannya,suami terkadang enggan membantu.. Suami asyik nonton tv.

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

3⃣  pertanyaan Bunda Farah dan Bunda Desi :

Pertama, yang harus kita lakukan adalah menjadikan rumah tangga kita menjadi sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, di sana ada seorang kepala, ada asisten ada bawahan, dan sebagainya.

Dengan menjadikan rumah tangga sebagai sebuah organisasi, Maka insya Allah ayah bunda dan anak-anak akan menjadi sebuah tim pendidikan
u
Nah, dalam konteks pendidikan, organisasi yang harus kita buat itu juga seperti organisasi sebuah sekolah : ada kepalau sekolah, ada gur,u dan ada murid.

Jadikanlah Ayah sebagai sang kepala sekolah, Bunda sebagai guru dan anak-anak sebagai murid

Insya Allah semuanya akan berjalan dalam Satu Frekuensi jika ayah memainkan peran sebagai sang Kepala Sekolah  yang menentukan visi, misi dan orientasi pendidikan di rumah. Sedangkan istri menjadi makmum dan pelaksana yang taat dari visi dan misi tersebut.

Untuk suami suami yang tidak mau ribet, Seandainya dia mau merumuskan visi  misi, orientasi dan strategi pendidikan, justru dia tidak akan ribet di masa yang akan datang

Pendidikan akan menjadi lebih ribet dan menyulitkan ketika sebuah pendidikan tidak memiliki visi. misi orientasi, dan strategi.u Maka lebih baik kita sedikit bersusah-susah di depan untuk merumuskan visi, misi tersebut agar tidak menjadi ribet di masa yang akan datang. Visi dan misi itu dibuat secara bersama. tetapi penanggung jawabnya adalah seorang ayah.

Kepada para ayah yang tidak ingin membersamai istrinya dalam mendidik anak-anaknya, Mari kita Ingatkan mereka bahwa yang kelak akan dipertanggung diminta pertanggungjawabannya di akhirat tentang anak-anaknya adalah sang ayah  bukan sang Bunda.

Yang kedua tolong ingatkan para Ayah bahwa ayah yang tidak ikut membersamai pendidikan anak-anaknya tidak akan mendapatkan doa anak sholeh. Karena syarat untuk mendapatkan doa anak sholeh adalah "Kama robbayani shaghira", yaitu mereka harus mendidik anaknya di waktu kecil. ✅

4⃣ *Parenting dan pemikiran orangtua yang bersebrangan*

*Farah - Bandung*

Mengenai parenting yang baik adalah parenting yang mampu meningkatkan kepercayaan diri para ayah bunda untuk mendidik anak-anaknya. Bagaimana cara kita menyikapi pemikiran kolot para orang tua dahulu kita, yang mengesampingkan pengetahuan yang berkembang pada masa kini. Salah satu kasusnya seperti pemahaman mereka tentang perilaku anak yang tidak sesuai, mereka hanya beralasab "namanya juga anak-anak. Maklumi saja". Padahal khan, karena dia anak-anak seharusnya kita menanamkan dan menumbuhkan kebaikan sedini mungkin.

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

4⃣ Bunda Farah di Bandung, pada dasarnya di dalam Fitrah kita sebagai Ayah Bunda telah tertanam nilai nilai tentang yang benar dan yang salah  tentang yang baik dan yang buruk  tentang yang indah dan yang jelek

Sesungguhnya nilai-nilai tersebut merupakan rambu-rambu pada diri kita saat kita mendidik anak-anak kita. Maka Ayah Bunda yang baik adalah Ayah Bunda yang peka dan responsif terhadap perilaku anak anaknya.

Saat anak anaknya melakukan sesuatu yang benar. dia benarkan. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang salah, diai Salahkan. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang buruk  dia perbaiki. Saat anak-anak melakukan sesuatu yang baik, dia perkuat

Orang tua yang tidak peka dan tidak responsif terhadap perilaku anak-anaknya, dengan alasan bahwa "mereka masih anak-anak" akan menjadikan anak-anak yang juga tidak peka dan responsif terhadap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.

Mari kita ingat satu Hadis Rasulullah bahwa "Ridha Allah itu bersama Ridho orang tua". Itu Allah lakukan dengan cara nilai-nilai ilahiyah itu Allah tanamkan di dalam diri ayah bunda.

Maka keridhaan dan ketidakridhaan orang tua terhadap perilaku anak anaknya memang harus diekspresikan  tentunya, segalanya harus dengan penuh kasih sayang

Tentang menyikapi perilaku kolot para orang tua, yang penting kita harus sadar bahwa yang menjadi Ayah Bunda mereka adalah kita, yang akan Allah mintakan pertanggungjawabannya kelak di akhirat adalah kita. yang akan mempengaruhi masa depan anak-anak kita adalah pendidikan kita. Jadi kita tidak perlu terlalu memikirkan sikap-sikap tersebut. ✅

5⃣ *Firasat mukmin, intuisi, keyakinan dan keraguan?*

*Bunda Lya-palembang*
*Bunda Frida-Trenggalek*

1. Maksud dari" Hati-hatilah dengan firasat mukmin. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah". Itu apa?
Terima kasih

2. Apakah bisa kita membedakan antara keyakinan mengambil keputusan secara benar dengan keegoisan semata?

3. Keraguan yang muncul ditengah Mendidik anak, apakah itu artinya ada kesalahan dalam mendidik atau hanya ketidak percayaan diri mengingat beberapa hal teringat dengan pola pendidikan lama orangtua yg bs membuktikan bahwa Kita baik2 saja?bagaimana mengatasinya?

4. Bagaimana konkretnya mengasah intuisi Kita dalam menyadari kesalahan Kita mendidik anak, dan meyakini keputusan Kita benar meskipun berbeda paham dengan orang sekitar Kita?
Terimakasih ☺

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

5⃣ Bunda Lya dan Bunda Farida :

Makna dari hadis tersebut Artinya : kita harus peka  kita tidak boleh memandang enteng Dan menganggap remeh perasaan intuisi dan firasat kita. U

Jika kita adalah orang-orang yang beriman yang mencoba beribadah kepada Allah, yang mendekatkan diri kepada-Nya, yang banyak berdzikir dan melakukan ibadah ibadah nafilah  pada dasarnya intuisi dan firasat firasat tersebut merupakan bagian dari panduan dan bimbingan Allah kepada kita untuk melakukan apapun, termasuk dalam mendidik anak-anak kita.

Jadi sekali lagi pesan itu bermakna : Jangan pernah memandang sebelah mata sebuah Firasat.

Perbedaan antara keyakinan dengan keegoisan semata terletak pada ketentraman hati. Sebuah keputusan yang kita buat karena keyakinan, insya Allah akan membuat hati kita tenang dan jiwa kita tentram. Tetapi sebuah keputusan yang kita buat sebagai ekspresi dari keegoisan, biasanya akan melahirkan ketidaktenangan, kecemasan dan kegelisahan.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya keraguan di tengah jalan saat kita mendidik anak :

Pertama mungkin karena kurang percaya diri, sehingga bisikan dan masukan-masukan dari kiri kanan tentang pendidikan anak membuat kita ragu.

Yang kedua keraguan itu juga disebabkan karena terlalu banyaknya pengetahuan yang kita serap tentang pendidikan anak,  Sementara pengetahuan pengetahuan tersebut tidak kompetibel satu dengan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya terlalu banyaknya pengetahuan dan teori tersebut membuat kita malah terbebani dalam pendidikan anak bukan membantu kita dalam mendidik anak

Oleh karena itu pada prinsipnya dengan pengetahuan yang ada mulailah kita implementasikan dalam pendidikan anak kita. Pengetahuan-pengetahuan berikutnya akan mencoba menyempurnakan atau mengkoreksi apa yang telah kita lakukan.

Yang ketiga, keraguan juga dapat muncul karena dalam proses mendidik anak kita. kita kurang meminta petunjuk dan arahan kepada Allah bagaimana sebenarnya mendidik anak itu. yang mana dari konsep-konsep mendidik anak itu yang patut untuk kita ikuti

Mari kita sadari bahwa sebuah konsep pendidikan Mungkin tepat untuk ayah bunda tertentu, dan tidak tepat untuk ayah bunda lainnya. Oleh karena itu, meminta petunjuk tuntunan dan arahan dari Allah adalah hal yang sangat penting sebelum memulai sebuah pendidikan. Jika sudah, maka bismillah, dan sisanya kita bertawakal kepada Allah.

Intuisi dan firasat pada dasarnya itu merupakan bagian dari bimbingan dan Hidayah Allah. Oleh karena itu, diantara cara untuk mempertajam intuisi adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Mendekatkan diri kepada Allah itu di antaranya dengan melakukan ibadah ibadah nafilah. Silahkan pilih ibadah nafilah yang menurut kita cocok dan tepat bagi kita,  karena dengan itu ia yang akan mengantarkan kita kepada Allah

Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah berfirman bahwa orang-orang yang beribadah nafilah kepada Allah maka Allah yang akan menjadi matanya yang dengan itu dia melihat  Allah yang akan menjadi Telinganya yang dengan itu dia mendengar. Allah yang akan menjadi tangannya yang dengan itu Dia berbuat, dan Allah yang akan menjadi kakinya yang dengan itu dia melangkah

Artinya, firasat dan intuisi itu baru akan terjadi ketika Allah terlibat dalam Semua urusan kita.

Kemudian yang kedua intuisi itu juga baru akan terbangun di saat kita lebih mengutamakan hati daripada otak, lebih mengutamakan rasa daripada rasionalitas,  lebih mengutamakan empati daripada Nalar.

Lalu, dalam menggunakan intuisi untuk mengukur apakah pendidikan kita terhadap anak kita telah benar atau salah, ada beberapa indikator.

Diantaranya adalah dengan merasakan Apakah hati kita tenteram dalam melakukan tindakan pendidikan itu kepada anak-anak kita,  dan yang kedua Apakah buahnya terhadap anak-anak kita adalah buah yang positif.

Jika kedua hal itu telah kita dapatkan, Maka insya Allah kita telah melakukan hal yang benar. Sisanya kita bertawakal pada Allah karena tidak ada Ayahbunda yang sempurna  dan Allah akan selalu menyempurnakankan kekeliruan kita dalam mendidik anak kita. ✅

6⃣ *Komunikasi Produktif Suami-Istri*

*Idanayu - Sidoarjo*

Saya adalah seorang ibu yang merasa punya banyak waktu, tenaga dan segalanya buat anak. Rasanya, saya mampu melakukan apapun untuk anak. Serasa jadi *supermom*...

Tapi saya juga seorang istri yang merasa buruk dalam melayani suami (dan suami juga merasakan demikian). Saya merasa buruk dalam menghormati suami, memberikan perhatian, melayani keperluan2nya atau bahkan sekedar berkata baikpun saya merasa gak mampu. Serasa jadi *badwife*...

Dan keadaan ini diperburuk dengan komunikasi kami yang seringkali macet. Kami sering bertentangan paham. Kalau sedang diskusi, biasanya berakhir dengan macet. 😂
Suami merasa saya selalu *ngeyel* (eh bahasa indonesianya apa ya?).
Dan saya merasa suami gak bisa diajak ngobrol, karena hampir selalu marah.

Apa yang harus saya lakukan? Mulai dari mana memperbaiki keadaan ini?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

6⃣ Bunda Idanayu dari Sidoarjo :

Sebagaimana anak kita punya hak terhadap waktu kita, maka suami pun punya hak waktu istrinya.

Seandainya waktu kita sebagian di antaranya kita gunakan untuk berkhidmat dan berbakti kepada suami, justru suami kita akan melakukan tanggung jawabnya untuk mendidik anak-anak kita secara bersama-sama, sekaligus meringankan beban pendidikan kita. Karena  sekali lagi  penanggung jawab utama, penentu arah dan strategi pendidikan anak-anak kita adalah suami.

Ketika suami kecewa dan tidak ridha kepada istri, sebenarnya itu akan menjadi beban tambahan bagi kita untuk mengelola rumah tangga dan mendidik anak-anak kita. Saat anak-anak kita bermasalah, nanti sang suami akan lepas tangan dalam masalah tersebut. Akhirnya kita menangani permasalahan anak itu sendirian. Dan sebenarnya dalam kehidupan yang semakin rumit ini, menangani anak sendirian adalah hal yang mustahil.

Dalam Islam kemuliaan tertinggi seorang istri adalah pada ketaatannya terhadap, bukan pada kecakapannya dalam mendidik. Dan Percayalah sangat banyak hikmah yang akan kita dapatkan, sangat banyak pertolongan dari Allah yang akan kita peroleh  pada saat istri mentaati suami.

Pada dasarnya dalam konteks pendidikan anak seorang suami memiliki konsep-konsep, prinsip-prinsip dan strategi pendidikan yang luar biasa, yang boleh jadi mungkin tidak sesuai dengan persepsi dan perspektif seorang istri. Tapi percayalah kalau kita mencoba mentaati pendapat, usulan dan saran tersebut, kita akan sangat dimudahkan dalam mendidik anak-anak kita

Dalam pendidikan anak, suami itu bagaikan konsultan Ia mungkin tidak bisa secara langsung menerapkan prinsip-prinsip pendidikan pada anak-anak. Tapi ketika dia menyampaikan itu kepada istri, lalu istri menerapkannya,  maka boleh jadi istri lebih cakap pengimplementasikan usulan suami daripada itu dilakukan oleh sang suami itu sendiri. ✅

7⃣ *Kriteria Orangtua Ideal*

*Bunda Kartika- Jogja*
*Sitah-Bandung*
*Bunda Okta - Malang*

1. Assallamuallaykum..
Bgmn mengenai karakter ayah yg penyayang namun ketegasannya terlihat keras dan kasar.? Dari yg ditampakkan anak2 mereka mereka sangat nenyukai ayahnya namun orang luar melihatnya sbg ayah yg kasar.

2. Bagaimana membuat tetap istiqomah mendidik anak2 spy tdk terkesan memaksa. Dlm kedisiplinan. Karena jika diajak disiplin agak sulit dan cenderung meremehkan (uminya).

3. Saya sangat merasa bersalah ketika merasa capek kadang emosi lepas kontrol, dan itu ditiru anak saya. Bagaimana caranya supaya prilaku saya yang salah yang ditiru anak bisa hilang?.. anak saya usia 2,5y..

4. Bagaimana kriteria orang tua sukses menurut teori FBE? Krn kesuksesan seorang anak mencakup bnyk aspek, kalolah ortu piawai n cakap dlm mendidik tp asupan ananda sesuatu yg haram, tentu kesuksesan ananda pastilah bukan kesuksesan yg sesungguhnya, bukankah begitu?

Terimakasih atas responnya
Syukron wa jazaakallah..

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

7⃣ Bunda Kartika, Bunda Sitah dan Bunda Okta :

Seorang ayah yang disukai, dicintai dan disayangi oleh, walaupun terkesan keras dan kasar, itu adalah pertanda bahwa ayah tersebut mencintai anak-anaknya, dan melakukan hal tersebut semata-mata karena cinta kepada anak-anaknya, bukan karena benci dan marah

Oleh karena itu,  dalam menghadapi situasi tersebut kita tidak perlu Terlalu memusingkan pendapat-pendapat yang berkembang di luar

Pendidikan saat ini telah berkembang menjadi pendidikan yang sangat cengeng, sehingga keras sedikit dipersalahkan, tegas dianggap sebagai kasar, penegakan disiplin bahkan dapat dianggap sebagai bagian dari kekerasan dalam rumah tangga. Ini adalah bagian dari kebrengsekan pendidikan modern yang tidak perlu terlalu kita ambil hati.

Tentang pendidikan kedisiplinan, ada beberapa hal yang perlu kita catat :

Pertama, pendidikan kedisiplinan itu baru akan efektif jika kita terapkan pada saat anak kita telah berusia 7 tahun ke atas

Yang kedua, pendidikan kedisiplinan itu sendiri sebaiknya memang dilakukan dan ditegakkan oleh sang ayah, bukan oleh bundanya. Jangan sampai anak tak dekat pada bunda, karena bundanya menjadi "polisi rumah"

Yang ketiga, mulailah pendidikan kedisiplinan itu dari pendekatan fungsional bukan struktural. Contohnya disiplin fungsional itu adalah : jika lapar maka makan, jika capek maka istirahat, jika mengantuk maka tidur. Itu adalah contoh-contoh disiplin fungsional. Mulailah menerapkan pendidikan kedisiplinan itu pada anak dari disiplin fungsional

Kemudian agar kita istiqomah dalam menegakkan kedisiplinan itu pada anak, gunakanlah pendekatan konsekuensial, yaitu "tangan mencencang bahu memikul"  bahwa setiap perilaku ada akibatnya

Jika anak melakukan sesuatu maka dia harus memikul resiko sesuatu. Jika prinsip-prinsip konsekuensi hal ini sudah kita sepakati dan Tanamkan dalam keluarga kita, maka Insyaallah pendidikan kedisiplinan itu akan berlangsung secara Istiqomah

Dan yang lebih penting lagi adalah membangun budaya disiplin dalam keluarga Karena segala hal yang telah membudaya otomatis dia akan dilaksanakan secara Istiqomah.

Bunda sekalian pekerjaan rutin bunda di rumah tangga dan dalam mendidik anak adalah pekerjaan yang sangat meletihkan, melelahkan dan menguras emosi. Jadi adalah sangat wajar jika seorang bunda seringkali lepas kendali terhadap anak-anaknya.

Oleh karena itu Bunda perlu berkolaborasi dengan ayah dalam mendidik anak. Jika Bunda merasa marah sebab tidak tahan terhadap anak, laporkanlah kepada ayah. Biarlah Ayah yang mengatasi persoalan-persoalan tersebut, karena Insya Allah ayah akan lebih terkendali dalam mengelola emosinya menghadapi kenakalan-kenakalan anaknya.

Ingat marah itu dari syetan, tetapi memarahi itu adalah bagian dari kewajiban pendidikan. Bunda dalam keletihannya akan mudah marah. Maka yang mampu melakukan akting kemarahan adalah sang ayah.

Orang tua yang sukses pada dasarnya adalah orang tua yang mampu mengantarkan anak anaknya menjadi anak-anak sukses. Ukuran sukses seorang anak menurut saya ada tiga :

Pertama dia menjadi anak yang berbahagia.

Yang kedua, indikator sukses adalah jika anak mampu mengaktualisasikan potensi bakat yang Allah telah karuniakan sebagai amanah kepada dirinya. Dia tetap menjadi dirinya sendiri dan mengaplikasikan potensinya secara optimal

Dan yang ketiga, indikator anak sukses adalah anak yang bermanfaat, berguna, produktif dan kontributif bagi lingkungannya

Jika kita mampu menghasilkan anak seperti itu. tentunya semata-mata atas pertolongan Allah,  maka kita telah menjadi orangtua sukses. ✅

8⃣ *Kemandirian remaja, Batas melayani anak dan Mendidik Anak Yatim*

*Bunda Tri - Solo*
*Bunda Winda - Balikpapan*

Bismillah
Assalamualaikum.

1. Seorang ibu kedua, krna ibu pertama telah wafat, merasa kesulitan dlm mendidik kedewasaan dan kemandirian putri ibu pertama yg sdh SLTA. Ayah cenderung menuruti putrinya krna ga tegaan. Bgmana tips masuk ke dalam hati anak sehingga mudah menasehati/membimbingnya

2. Bgmna mendidik anak remaja agar menjalin pertemanan yg baik, tidak terus bergantung ke ortu?

3. Orangtua memiliki fitrah sebagai pelayan. Sampai umur berapakah anak2 itu dapat kita layani?

4. Anak yatim atau piatu yg saya temui seolah2 selalu merasa kurang ya ustadz, (merasa paling miskin, paling menderita, ga ada yg sayang dll) mungkin ada ruang kosong di hatinya karena kesedihan mendalam sebab kehilangan ortu. Bgmna tips mendidik anak yatim/piatu yg punya perasaan demikian?

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

8⃣ Bunda Tri dan Bunda Winda :

Memang bukan hal yang mudah dalam mendidik anak yang bukan anak kandung kita. Apalagi ketika dia telah berusia remaja. Ditambah lagi dengan stigma yang berkembang di masyarakat bahwa seorang ibu tiri adalah ibu yang kejam. Dan stigma itu seringkali dianut oleh seorang anak

Oleh karena itu, sebenarnya dalam hal ini peran seorang ayah sangat penting dalam menaklukkan anak tersebut. Ayah harus lebih berperan. Ayah harus lebih tegas, Ayah harus satu visi dalam mendidik anak tersebut bersama istrinya

Kemudian yang kedua, pada dasarnya menaklukan seorang anak adalah menaklukan hatinya, apalagi jika dia adalah anak perempuan. Mendidik seorang anak perempuan harus kita upayakan terlebih dahulu dengan menyentuh hatinya. Menyentuh hatinya hanya bisa kita lakukan dengan ketulusan,  keikhlasan, kasih sayang dan tanpa pamrih. Sisanya, Mari kita berdoa kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat mengendalikan hati manusia.

Inti dari mendidik seorang remaja adalah ketegasan. dan ketegasan ini yang seringkali sulit untuk kita lakukan terhadap mereka, sehingga kemudian mereka menjadi bergantung dan tidak kunjung Mandiri

Berikan kepada mereka prinsip-prinsip hubungan orang dewasa, biarkan mereka mengambil keputusan dan memikul akibat dari keputusan tersebut, biarkan mereka memecahkan masalah yang mereka miliki sendiri, dan kita harus bersabar atas masalah-masalah yang coba Ia pecahkan

Membangun hubungan pertemanan dengan seorang remaja harus kita mulai dari diri kita. Jadilah kita sebagai teman mereka, jadilah kita berbagai masalah dengan mereka agar mereka pun terbuka untuk berbagi masalah dengan kita

Tapi pada akhirnya ada satu hal yang paling penting : selama mereka masih remaja, mereka akan tetap menjadi sumber masalah. Maka tugas kita adalah dewasakan mereka : aqil baligh kan mereka

Pada dasarnya melayani dan memanjakan anak kita lakukan sampai anak berusia 7 tahun. Karena sejak anak itu berusia 7 tahun, atau usia mumayyiz, kita secara pelan-pelan harus melepaskannya untuk melayani dirinya sendiri. Sejak anak berusia 7 sampai 10 tahun mungkin dalam hubungan sosialnya kita masih perlu bantu. Tapi sejak 10 tahun keatas Bahkan dalam hubungan sosialnya pun tidak perlu kita layani.

Hal utama yang patut kita lakukan dalam mendidik yatim piatu adalah menegakkan harga dirinya. Itulah sebabnya Kenapa di dalam Alquran perlakuan terhadap anak yatim sering disebut berulang-ulang. Kita bahkan diminta untuk memuliakan anak yatim

Pada dasarnya dalam mendidik anak yatim kita harus menjadikan Rasulullah sebagai role model bagi pendidikan mereka, karena Rasulullah sendiri adalah yatim yang kemudian menjadi yatim piatu

Kita perlu menceritakan kepada mereka tentang sosok Rasulullah  wataknya, karakternya dan keberhasilannya sebagai pemimpin dunia. Kita ceritakan kepada mereka : Justru karena Rasulullah itu yatim piatu sehingga dia bisa dididik dan belajar dari mana saja, bisa menjadi orang yang jauh lebih berkembang, menjadi orang yang jauh lebih Merdeka  menjadi orang yang jauh lebih berpengetahuan. Kita mungkin dapat memberikan contoh-contoh tentang sejumlah yatim piatu yang sukses dalam kehidupan ini karena sekali lagi mendidik yatim piatu adalah membangun kembali harga diri mereka ✅

-------------------------------------------
*Penutup*

👳🏽‍♀ *Ust. Aad*

Ayah Bunda sekalian, hari-hari belakangan ini kita sedang menyaksikan fenomena betapa banyaknya diantara kita orang-orang yang mencintai selain Allah lebih tinggi daripada cintanya kepada Allah. Sehingga mereka mau menolak ajaran-ajaran Allah.

Itu semata-mata karena kita lemah dalam mendidik keimanan anak-anak kita. Kita tidak mendidik anak-anak kita untuk mencintai Allah, tapi lebih kepada takut kepada Allah

Ketika rasa takut ini bertemu dengan rasa cinta kepada selain Allah, maka takut selalu dikalahkan oleh cinta

Oleh karena itu mari kita mulai pendidikan anak-anak kita dengan pendidikan keimanan, agar mereka Ridha Kepada Allah sebagai Tuhannya, Ridha kepada Islam sebagai agamanya, dan Ridha kepada Muhammad sebagai Rasul Nya. ✅

===Selesai===