Rabu, 15 November 2023

project based learning

Ini adalah video salah satu perjalanan project Ara Kusuma  namanya Aha Project yang mengantarkannya menjemput peran barunya sekarang sebagai Young Explorer National Geographic di Washington DC. Penasaran dengan prosesnya? Yuk simak perjalanan belajar di keluarga kami, yang dikomandani oleh Dodik Mariyanto 

PROBLEM BASED LEARNING dan PROJECT BASED LEARNING 

Pola pendidikan di keluarga kami berbasis pada dua hal problem based learning dan project based learning. Dua hal ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, karena setiap manusia hidup itu pasti punya masalah, dan bagaimana kita menjadikan masalah itu sebagai bahan belajar anak-anak sehingga keberadaan mereka di muka bumi bermanfaat untuk liyan. 

Problem based dan project based learning ini akhirnya perlahan-laham saya tularkan ke komunitas Ibu Profesional  yang akhirnya sekarang melahirkan Ibu Pembaharu .Mulai dari membangun mindset sebuah masalah, sampai kepada bagaimana membangun project yang bermanfaat. Tidak mudah, butuh proses panjang tapi saya yakin mereka bisa. 

Di School of Life Lebah Putih  mereka lebih awal belajar problem dan project ini, sehingga penilaian mereka di sekolah sudah bukan tertulis lagi menjawab soal, melainkan mereka menemukan jawaban dari soal-soal hidup mereka, dan dipresentasikan lewat pameran karya dan project

SEMUA BERAWAL DARI PENDIDIKAN KELUARGA

DI keluarga kami, sejak mereka usia 10 th, mulai menerapkan problem dan project based learning. Awal melangkahnya hanya satu hal 

START from THE EMPHATY

Mulai dari dirinya terlebih dulu, adakah tantangan-tantangan hidupnya yg harus diselesaikan. Kemudian apakah tantangan tersebut juga dialami oleh orang lain. Bagaimana rasanya andaikata kita bisa menyelesaikan tantangan hidup kita, dan akhirnya bisa membantu teman-teman yang memiliki tantangan hidup yg sama?

Apabila anak-anak tidak memiliki tantangan hidup, lihat keluarga kita, lihat lingkungan kita, adakah yang mereka gelisahkan selama ini?

Langkah selanjutnya....

MENGUBAH EMPATI menjadi AKSI

Kami berdua mulai menanyakan kepada mereka "Mengapa .....i?" "Bagaimana Jika....?" "Mengapa tidak.....?"

Dari  3 hal tersebut akhirnya anak-anak mulai menyusun sebuah project, dan kami menjadi teamnya. Durasinyapun berbeda-beda ada yg bulanan dan ada yang tahunan. 

AKSI menjadi bagian dari SOLUSI

Semua aksi yang mereka lakukan dalam project-project tersebut selalu bermuara kepada SOLUSI. Apakah langsung menuju solusi? tentu saja tidak, karena di setiap perjalanan menjalankan project demi project, anak-anak selalu mendapatkan masalah. kami mengajak anak-anak untuk mengubah mindset, yang awalnya takut menghadapi masalah, maka kami ubah masalah menjadi tantangan. akhirnya mereka bahagia menerima semua tantangan, karena tantangan-tantangan itu akan membuka peluang baru untuk mencapai solusi. 

PERAN dan BIDANG

Selama menjalankan project ini kami tidak pedulikan bidang apa yg diambil oleh anak-anak. Misal project pertama,  anak-anak sedang empati di bidang hewan, project kedua   tentang sampah. Project kefiga berbeda bidang lagi, bidang yang berubah-ubah tersebut tidak menjadi masalah buat kami.Kami lebih menekankan pada "peran" mereka. Saat mengerjakan project tersebut, peran apa yang membuat matanya berbinar, nah disitulah kami harus menyelam.lebih dalam.bersama anak-anak, menguji peran dengan berbagi bidang.

Setelah mereka dewasa, pengalaman memahami  peran, bidang, struktur berpikir dan pengalaman membuat project sejak kecil inilah yang menjadi bekal mereka dalam menggagas aneka macam projectnya sekarang. 

Itulah bekal yang kami berikan kepada anak-anak sampai usia mereka kira-kira sekitar 12 - 14 tahun, masing-masing bervariasi. Yang paling cepat Elan 12 tahun sudah lepas bikin project mandiri, Ara dan Enes sekitar 13 dan 14 th nan. (Catatan : umur jangan jadi patokan ya, kesiapan mental merekalah yg harus jadi patokan). 

Mereka mulai belajar membuat project secara mandiri, tanpa kehadiran kami. Kami sekarang hanya tempat untuk diskusi apabila ada hal-hal yang mereka kurang pahami.

Apabila ternyata mereka tidak bertanya lagi, ya tugas kami tinggal ngopi, sambil mendengarkan kabar-kabar seperti pagi ini.

"Bun, besok aku presentasi disini"
"Bun , aku diliput di koran ini"
"Bun, projectku memenangkan award ini"

Itu kabar baiknya....

Apakah ada kabar buruknya.....
Banyaaaaaak.....

"Bun, sapiku mati"
"Bun, ideku ditolak warga, mau pakai cara apalagi?
"Bun, aku ingin berhenti"

Apa yang kami katakan, kalau mereka seperti itu?

"Sini nak, kita ngopi dan jalan pagi"

Karena pada dasarnya anak-anak hanya ingin didengarkan, tidak ingin mendapat wejangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar